Internasional

Investor Ramai Tarik Kepemilikan, Warren Buffett Tamat?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 October 2019 12:03
Investor ramai-ramai menjual kepemilikannya di perusahaan milik miliarder Warren Buffett
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor ramai-ramai menjual kepemilikannya di perusahaan milik miliarder Warren Buffett, Berkshire Hathaway. Salah satunya adalah kepala investasi di Wedgewood Partners David Rolfe, yang sudah menjadi pemegang saham di Berkshire Hathaway selama beberapa dekade.

Dalam sebuah surat kepada klien, Rolfe menceritakan alasannya. Di antaranya adalah karena rasa kesalnya pada Buffett yang telah melakukan penimbunan uang besar-besaran.


Seperti dilaporkan CNN, Berkshire Hathaway yang terdaftar di bursa New York telah mencairkan hampir 60% dari portofolio investasi yang dikelolanya sejak Juni lalu. Pelaku pasar menganggap langkah Buffet ini sebagai tanda kemungkinan pasar akan jatuh.

Selain itu, Rolfe menyebut alasan lainnya adalah karena iklim investasi sekarang yang tidak terlalu baik. Belum lagi langkanya keputusan ivestasi yang sukses dari Oracle of Omaha itu, padahal pasar sekarang ini sedang bergairah (bull market).

"Menghisap jempol belaka tidak memotong monster (yang membuat kinerja) Heinz (kurang baik) selama bull market ini," katanya.

"(Masa)The Great Bull ini bisa menjadi salah satu neraka dari kesudahan karir yang mencengangkan untuk Tuan Buffett dan [Wakil Buffet, Charlie] Munger,".


Kraft Heinz adalah investasi yang tidak berhasil untuk Berkshire sejak 2018. Saham tersebut telah kehilangan sekitar dua pertiga dari nilainya pada waktu itu.

Selain itu, investasi Berkshire di IBM juga merugikan. Buffet mengumumkan kepemilikan senilai US$ 10,7 miliar saham IBM pada kuartal keempat 2011.

Tetapi pada awal 2018, ia telah menjual seluruh saham. Pada saat itu, saham IBM anjlok lebih dari 20%.

Saham Berkshire Hathaway sendiri telah mencatatkan kinerja yang lebih rendah dari S&P 500 selama masa bullish (Great Bull Market), yang dimulai sejak Maret 2009. Pada waktu itu, saham Kelas A Berkshire naik 323% sementara indeks secara luas telah naik 334%.

Namun begitu, menurut laporan di situs web Wedgewood Partners, kinerja Rolfe di seluruh pasar bullish juga bukan yang terbaik. Pengembalian dana tahunannya, setelah dikurangi biaya, hanya 13,6% selama 10 tahun terakhir hingga kuartal kedua. Pada masa itu, S&P 500 telah membukukan pengembalian tahunan sebesar 14,7%.

Mengutip CNBC International, tumpukan uang tunai Berkshire telah membengkak hingga lebih dari US$ 120 miliar pada akhir kuartal kedua 2019, level rekor bagi perusahaan. Rolfe berpikir begitu banyak uang berarti hambatan pertumbuhan yang cukup besar bagi perusahaan.

Rolfe juga mengatakan bahwa Berkshire telah melewatkan dua peluang besar pada awal pasar musim pasar bullish dengan tidak berinvestasi besar pada perusahaan kartu kredit Mastercard dan Visa. Selama pasar bullish, Mastercard telah melonjak lebih dari 1.800% sementara Visa naik lebih dari 1.300%.

Berkshire memiliki saham di kedua perusahaan, tetapi hanya membeli sebagian kecil dari portofolio saham perusahaan. "Dua saham ini seharusnya menjadi layup untuk Buffett," kata Rolfe.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article S&P Futures Lanjut Menguat, Didorong Saham Warren Buffet

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular