
Tunggu Neraca Dagang, IHSG Dibuka Menguat
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 October 2019 09:53

Pergerakan IHSG juga dibatasi oleh sikap waspada investor yang menantikan rilis data neraca perdagangan September yang akan diumumkan hari ini pukul 11:00 WIB.
"Investor juga akan memonitor rilisnya data neraca perdagangan dalam negeri hari ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia, dalam risetnya, Selasa (15/10/2019).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
"Kami memperkirakan surplus perdagangan akan melebar karena faktor musiman di sisi migas. Selain itu, impor mesin juga menurun," kata Helmi Arman, Ekonom Citi.
Pada September, memang biasanya harga minyak cenderung turun. Sebab bumi belahan utara (northern hemisphere) sedang mengalami musim gugur, cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Iklim yang santai ini membuat kebutuhan pendingin atau penghangat ruangan tidak terlalu besar. Akibatnya, permintaan sumber energi menurun sehingga harga minyak ikut bergerak ke selatan.
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Meskipun demikian, di lain pihak, walau ekonom memproyeksi surplus neraca dagang melebar, tapi hal ini tidak dibarengi dengan prediksi perumbuhan ekspor dan impor yang positif.
Ekspor diprediksi masih mengalami kontraksi mengingat harga komoditas yang belum pulih, terutama untuk komoditas sawit.
Sedangkan impor juga diramalkan turun karena permintaan domestik yang lemah. Ini terlihat dari optimisme dunia usaha dan konsumen yang terus melambat.
Hal ini mengingat Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode September berada di angka 49,1. PMI di bawah 50 berarti dunia usaha sedang pesimistis, enggan melakukan ekspansi.
Sementara di sisi konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September adalah 121,8 yang merupakan angka terendah sejak November 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA (hps/hps)
"Investor juga akan memonitor rilisnya data neraca perdagangan dalam negeri hari ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia, dalam risetnya, Selasa (15/10/2019).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
Pada September, memang biasanya harga minyak cenderung turun. Sebab bumi belahan utara (northern hemisphere) sedang mengalami musim gugur, cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Iklim yang santai ini membuat kebutuhan pendingin atau penghangat ruangan tidak terlalu besar. Akibatnya, permintaan sumber energi menurun sehingga harga minyak ikut bergerak ke selatan.
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Meskipun demikian, di lain pihak, walau ekonom memproyeksi surplus neraca dagang melebar, tapi hal ini tidak dibarengi dengan prediksi perumbuhan ekspor dan impor yang positif.
Ekspor diprediksi masih mengalami kontraksi mengingat harga komoditas yang belum pulih, terutama untuk komoditas sawit.
Sedangkan impor juga diramalkan turun karena permintaan domestik yang lemah. Ini terlihat dari optimisme dunia usaha dan konsumen yang terus melambat.
Hal ini mengingat Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode September berada di angka 49,1. PMI di bawah 50 berarti dunia usaha sedang pesimistis, enggan melakukan ekspansi.
Sementara di sisi konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September adalah 121,8 yang merupakan angka terendah sejak November 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA (hps/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular