Ekonomi Negeri Tiongkok Belum Pulih, Bursa China Bervariatif

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 October 2019 09:03
Padahal survei yang dihimpun Reuters memprediksi penurunan ekspor 3% YoY dan impor terkontraksi hanya 5,2% YoY.
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Negeri Tirai Bambu dibuka bervariatif pada perdagangan hari ini (15/10/2019) seiring dengan rilis data ekonomi terbaru yang mengecewakan membawa kekhawatiran bahwa ekonomi China belum sepenuhnya pulih.

Indeks Shanghai (SSEC) dibuka melemah terbatas 0,07% ke level 3.005,66 poin, sedangkan indeks Hang Seng (HIS) memulai hari dengan naik 0,33% menjadi 26.609,13 poin.

Kemarin (14/10/2019) rilis data ekonomi China terbilang mengecewakan dan beberapa analis berpendapat bahwa hasil tersebut disebabkan oleh perang dagang yang berlarut-larut antara Washington dan Beijing.

Ekspor China bulan September tercatat turun 3,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedangkan impor anjlok lebih dalam lagi dengan mencatatkan koreksi hingga 8,5% YoY. Padahal survei yang dihimpun Reuters memprediksi penurunan ekspor 3% YoY dan impor terkontraksi hanya 5,2% YoY.

Analis memperkirakan bahwa salah satu penyebab utama penurunan ekspor dan impor Negeri Panda bulan lalu adalah pemberlakuan bea masuk sebesar 15% oleh AS atas produk Made in China senilai US$ 125 miliar per 1 September 2019.

"Angka-angka utama menunjukkan bahwa permintaan global melunak bulan lalu, menambah tekanan dari tarif AS yang mulai berlaku pada bulan September," ujar analis dari Capital Economics, dikutip dari Reuters.

Lebih lanjut, Martin Lynge Rasmussen, ekonom China di konsultan Capital Economics menyampaikan bahwa butuh waktu untuk memulihkan kembali ekspor Negeri Panda, dilansir dari CNBC International.

Martin juga menambahkan bahwa kesepakatan fase pertama yang dicapai oleh AS-China tidak akan merubah keadaan secara signifikan, di mana ekspor masih cenderung tumbuh negatif pada kuartal selanjutnya.

Argumen tersebut ditopang fakta bahwa kesepakatan fase pertama yang telah dicapai oleh Washington dan Beijing pekan lalu tidak mencakup penghapusan bea masuk yang sudah berlaku, hanya menunda kenaikan tarif yang harusnya efektif berlaku hari ini.

Belum lagi, pihak Negeri Tiongkok dikabarkan belum setuju 100% pada hasil negosiasi perdagangan dengan AS, yang diklaim Presiden AS Donald Trump sebagai sebuah keberhasilan.

Sebagaimana dikutip dari Bloomberg, China masih menginginkan adanya putaran pembicaraan selanjutnya, sebelum Presiden Xi Jinping menandatangani fase pertama kesepakatan.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari China mau pun Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Cemas Perang Dagang Berbekas, Hang Seng dan Shanghai Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular