IHSG Bikin Deg-degan, Pahit di Awal & Manis di Akhir

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 October 2019 15:57
IHSG Bikin Deg-degan, Pahit di Awal & Manis di Akhir
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini bikin deg-degan pelaku pasar dalam negeri. Indeks kebanggaan Indonesia ini membuka pekan di zona hijau, tetapi tidak lama malah berbalik merosot, bahkan sempat mencicipi ke bawah 6.000.

IHSG akhirnya mengakhiri perdagangan Senin sedikit di atas level psikologis tersebut, 6.000,58, dengan pelemahan 1%.

Pergerakan di awal pekan tersebut sudah cukup membuat pelaku pasar ketar-ketir, tetapi di hari selanjutnya IHSG berhasil mencatat rebound 0,65%, mengembalikan lebih dari separuh pelemahan sebelumnya.



Kinerja IHSG kembali memburuk dengan membukukan pelemahan dua hari berturut-turut meski tidak terlalu signifikan. Baru pada hari Jumat, IHSG berhasil mencetak penguatan tajam, 1,36%. Sehingga total dalam sepekan terapresiasi 0,75%, menjadi akhir yang manis.

Berdasarkan press release PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang pekan ini investor melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 477,81 miliar.

Dibandingkan dengan bursa utama Asia lainnya, performa IHSG di pekan ini bisa dikatakan kurang menggembirakan. Mayoritas bursa utama Asia menguat lebih dari 1%. IHSG hanya lebih baik dari bursa Malaysia yang melemah 0,05%.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penggerak utama bursa saham global di pekan ini. Sejak awal pekan, naik turunnya bursa saham ditentuan oleh isu-isu terkait pertemuan dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Perundingan dagang AS-China berlangsung pada 10-11 Oktober, dan sebelumnya berbagai isu beredar yang sepertinya menggambarkan hubungan panas dingin Negeri Paman Sam vs Negeri Tiongkok.

Pada hari Selasa, CNBC International mengutip South China Morning Post mewartakan China menurunkan ekspektasi akan adanya kesepakatan dagang dengan AS. Harian tersebut mengatakan Wakil Perdana Menteri China Liu He yang akan memimpin delegasi China tidak mendapat instruksi khusus dari Presiden Xi Jinping.

Seandainya tidak ada kesepakatan dagang saat pertemuan kali ini, Presiden AS Donald Trump sebelumnya sudah mengatakan pada 15 Oktober bea impor produk dari China akan dinaikkan.



Selain itu, AS menambah daftar perusahaan yang masuk daftar hitam (blacklist), termasuk di dalamnya perusahaan yang bergerak di bidang artificial intelligence (AI) China. Kementerian Luar Negeri China akhirnya berkomentar 'tetap pantau' untuk pembalasan tindakan AS tersebut.

"Entitas yang terimplikasi melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk represi di China berupa penahanan dan pengawasan menggunakan teknologi untuk komunitas Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas muslim lainnya," sebut keterangan Kementerian Perdagangan AS yang mendeskripsikan 28 perusahaan yang masuk daftar hitam.

Dengan masuk daftar hitam, artinya 28 perusahaan tersebut tidak bisa melakukan aktivitas bisnis dengan perusahaan AS.

Setelah berbagai "drama" yang terjadi sejak awal pekan tersebut, akhirnya kabar bagus muncul Kamis waktu AS, saat perundingan dagang kedua negara resmi dimulai. 

Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter pribadinya mengatakan akan bertemu langsung dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

"Hari besar negosiasi dengan China. Mereka ingin membuat kesepakatan, apakah saya juga? Saya akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri besok di Gedung Putih," katanya sebagaimana dikutip dari CNBC International.




Selanjutnya Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan perundingan kali ini berjalan sangat baik.

"Saya pikir ini berjalan sangat baik. Saya akan katakan, ini berjalan sangat baik" kata Presiden Trump di Washington sebelum bertolak ke Minnesota untuk berkampanye, sebagaimana dilansir CNBC International

Akibat pernyataan Trump tersebut, sentimen pelaku pasar langsung membaik, selera terhadap risiko (risk appetite) meningkat, dan rupiah mencatat penguatan 0,16% di hari Jumat, sekaligus memastikan penguatan dua pekan beruntun. 

Perundingan kedua negara akhirnya membuahkan hasil pada Jumat waktu AS, Presiden Trump mengatakan sudah mencapai kesepakatan substansial tahap pertama, dan bea impor yang seharusnya dikenakan pada 15 Oktober ditunda. 

Saat perdagangan di Indonesia berakhir, kesepakatan dagang AS-China belum terjadi, sehingga IHSG belum sempat merespon. Hal ini tentunya jadi kabar bagus bagi bursa saham Indonesia di hari Senin pekan depan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3) Pada perdagangan Rabu, saham-saham konsumer menjadi bulan-bulanan pelaku pasar menyusul rilis Survei Penjualan Eceran (SPE) periode Agustus 2019 oleh Bank Indonesia (BI). 

Sepanjang bulan Agustus, penjualan barang-barang ritel tercatat tumbuh tipis sebesar 1,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). 

Pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Juli yang sebesar 2,4% YoY, serta melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Agustus 2018) yang sebesar 6,1% YoY.

 

Untuk periode September 2019, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 2,1% secara tahunan, di bawah pertumbuhan pada September 2018 yang sebesar 4,8% YoY. 

Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular