AS-China Berunding & Timur Tengah Memanas, Rupiah Tetap Kuat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 October 2019 17:08
AS-China Berunding & Timur Tengah Memanas, Rupiah Tetap Kuat
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/10/19), meski sempat terancam berakhir di zona merah.

Rupiah membuka perdagangan dengan impresif setelah menguat 0,18% ke level Rp 14.120/US$. Tetapi level tersebut sekaligus menjadi titik terkuat Mata Uang Garuda hari ini. Setelah mencapai level tersebut rupiah terus menipiskan penguatan, bahkan sempat mencicipi zona merah.



Namun rupiah selamat berkat akselerasi penguatan beberapa menit sebelum perdagangan berakhir. Dengan performa hari ini, rupiah berhasil mencatat penguatan dua pekan beruntun melawan dolar AS.

Mayoritas mata uang utama Asia sebenarnya nyaris mendatar melawan dolar AS pada hari ini. Won Korea Utara menjadi mata uang terbaik pada hari ini, hingga pukul 16:10 WIB menguat 0,47%. Tempat kedua menjadi milik yuan China setelah menguat 0,28%. Rupiah melengkapi posisi tiga besar hari ini.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2) 

Harapan akan adanya damai dagang AS-China membuat sentimen pelaku pasar global membaik dan kembali memburu aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi. Rupiah mendapat "rejeki" dari membaiknya sentimen pelaku pasar.

Setelah berbagai "drama" yang terjadi sejak awal pekan antara AS-China, akhirnya kabar bagus muncul Kamis waktu AS kemarin, saat perundingan dagang kedua negara resmi dimulai. 

Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter pribadinya mengatakan akan bertemu langsung dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

"Hari besar negosiasi dengan China. Mereka ingin membuat kesepakatan, apakah saya juga? Saya akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri besok di Gedung Putih," katanya sebagaimana dikutip dari CNBC International.


Selanjutnya Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan perundingan kali ini berjalan sangat baik.

"Saya pikir ini berjalan sangat baik. Saya akan katakan, ini berjalan sangat baik" kata Presiden Trump di Washington sebelum bertolak ke Minnesota untuk berkampanye, sebagaimana dilansir CNBC International.

Meski demikian, ekspektasi akan adanya damai dagang yang terlalu tinggi juga dapat berakhir mengecewakan. 

Sejarah perundingan kedua negara menunjukkan memang manis di awal, tetapi selalu berujung pahit. Kedua negara pada akhirnya malah saling menaikkan bea impor. Oleh karena itu, pelaku pasar juga masih menanti hasil akhir perundingan kedua negara. 



Tapi jika kali ini benar ada kesepakatan dagang, pasar finansial global tentunya akan kembali cerah (untuk sementara), setelah dibayangi perang dagang dalam lebih dari satu tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi global tentunya diharapkan akan membaik, dan investor akan kembali masuk ke aset berisiko.

Bagaimana kinerja ekonomi global jika AS-China berdamai tentunya perlu waktu beberapa bulan untuk mengetahuinya, sehingga cerahnya pasar finansial bisa dikatakan sementara, pada akhirnya data ekonomi yang akan berbicara. 

Hasil perundingan dagang AS-China baru akan diketahui pada Jumat waktu Washington, dan pasar dalam negeri baru bisa merespon pada hari Senin. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Kabar kurang bagus datang dari Timur Tengah, situasi di kawasan kaya minyak mentah tersebut sedang memanas. Akibatnya sentimen pelaku pasar sempat memburuk, yang menekan rupiah menjelang perdagangan berakhir. 

Memanasnya situasi di Timur Tengah terjadi setelah Iran melaporkan kapal tanker miliknya terkena serangan dua misil di Laut Merah dekat pantau Arab Saudi, sebagaimana dilansir CNBC InternationalReuters melaporkan pihak Arab Saudi belum mau memberikan keterangan atas serangan ke kapal tanker milik Iran tersebut. 



Situasi di Timur Tengah memang sedang panas setelah bulan September lalu dua fasilitas minyak milik Arab Saudi diserang drone yang mengakibatkan kerusakan parah. 

Kala itu pemberontak Houthi mengklaim serangan tersebut, tetapi AS justru mengatakan Iran ada di balik serangan tersebut. Menteri Dalam Negeri AS, Mike Pompeo menuduh Iran meluncurkan serangan terhadap pasokan energi dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya, melansir CNBC International.

Pemerintah Teheran tidak terima atas tuduhan tersebut. Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyatakan bahwa tudingan AS dan sekutunya tidak berdasar.

Bahkan Iran mengatakan siap apabila harus berperang dengan AS dan sekutunya. Amarali Hajizadeh, Kepala Staff Angkatan Udara Garda Revolusioner Iran, mengungkapkan pangkalan AS di Timur Tengah masuk dalam jangkauan misil mereka.



"Semua orang harus tahu bahwa seluruh basis pangkalan AS dan kapal induk mereka dalam jarak lebih dari 2.000 km di sekitar Iran masuk dalam cakupan misil kami. Iran selalu siap untuk perang dalam skala penuh," tegasnya, seperti diwartakan Reuters pertengahan September lalu. 

Perkembangan situasi di Timur Tengah juga akan berdampak ke pasar finansial Indonesia hari Senin nanti. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular