
Daya Saing RI Merosot, Begini Respons Pelaku Pasar Modal
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 October 2019 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia merespons laporan terbaru World Economic Forum (WEF) yang menyebutkan peringkat daya saing Indonesia melorot lima peringkat ke posisi 50 dari 141 negara. Pada tahun lalu, peringkat Indonesia ada di posisi 45.
Dengan posisi ini, peringkat daya saing Indonesia lebih rendah dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara paling kompetitif, bahkan sudah mengalahkan Amerika Serikat. Sementara Malaysia dan Thailand masing-masing di posisi ke-27 dan ke-40.
Bursa Efek Indonesia menyatakan, dampak dari daya saing yang turun ini sifatnya masih temporer. Kristian Sihar Manulang, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia optimistis, Indonesia masih menarik bagi investor global untuk menanamkan modalnya, khususnya di pasar modal.
"Itu kan masih punya dampak sementara saja, kita harapkan saham kita tetap bagus melihat perkembangan ke depan, kami tetap optimistis," kata Kristian Sihar Manulang di BEI, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Mengacu laporan yang dipublikasikan WEF bertajuk The Global Competitiveness (GCI) Report 2019, dari 12 indikator yang diukur, Indonesia hanya mendapat nilai sebesar 64,6 atau -0,3 dibanding 2018. Sementara Singapura memperoleh nilai 84,8, Malaysia 74,6 dan Thailand 68,1.
Indikator itu antara lain institusi, infrastruktur, informasi dan teknologi, stabilitas makroekonomi, kesehatan, dan keahlian. Ada juga produk, tenaga kerja, sistem keuangan, kapasitas pasar, dinamisasi bisnis dan kapasitas inovasi.
Kekuatan utama Indonesia adalah pangsa pasarnya dan stabilitas makroekonomi. Keduanya mendapat nilai tinggi 82 dan 90. Sayangnya kinerja pada pilar lain perlu perbaikan.
Budaya bisnis yang dinamis dan sistem keuangan yang stabil masing-masing memperoleh nilai 69 dan 64. Sementara adopsi teknologi berada di score 55 dan kapasitas inovasi masih terbatas di score 37.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Dengan posisi ini, peringkat daya saing Indonesia lebih rendah dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara paling kompetitif, bahkan sudah mengalahkan Amerika Serikat. Sementara Malaysia dan Thailand masing-masing di posisi ke-27 dan ke-40.
Bursa Efek Indonesia menyatakan, dampak dari daya saing yang turun ini sifatnya masih temporer. Kristian Sihar Manulang, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia optimistis, Indonesia masih menarik bagi investor global untuk menanamkan modalnya, khususnya di pasar modal.
"Itu kan masih punya dampak sementara saja, kita harapkan saham kita tetap bagus melihat perkembangan ke depan, kami tetap optimistis," kata Kristian Sihar Manulang di BEI, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Indikator itu antara lain institusi, infrastruktur, informasi dan teknologi, stabilitas makroekonomi, kesehatan, dan keahlian. Ada juga produk, tenaga kerja, sistem keuangan, kapasitas pasar, dinamisasi bisnis dan kapasitas inovasi.
Kekuatan utama Indonesia adalah pangsa pasarnya dan stabilitas makroekonomi. Keduanya mendapat nilai tinggi 82 dan 90. Sayangnya kinerja pada pilar lain perlu perbaikan.
Budaya bisnis yang dinamis dan sistem keuangan yang stabil masing-masing memperoleh nilai 69 dan 64. Sementara adopsi teknologi berada di score 55 dan kapasitas inovasi masih terbatas di score 37.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular