
Dalam Tren Naik, Harga Batu Bara Berpotensi Sentuh US$ 71/Ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya harga gas serta hujan deras di India mendongkrak harga batu bara. Harga batu bara ICE Europe Newcastle acuan kontrak bulan November pada penutupan Selasa (8/10/2019) naik 1,15% ke US$ 70,35/metrik ton.
Secara teknikal, kenaikan harga batu bara global tersebut masih berpotensi berlanjut karena harganya belum memasuki masa jenuh belinya (overbought), berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
Dalam jangka pendek, harga batu bara cenderung bullish karena masih bergerak di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5), yang diwakili garis berwarna hijau pada grafik. Ada potensi harganya akan naik menguji level resistance-nya yang berada di US$ 71/metrik ton pada pekan depan.
![]() |
Kenaikan harga batu bara acuan global dalam empat hari terakhir dipicu oleh kenaikan harga gas yang membuat operasional pembangkit listrik menjadi lebih mahal dan akhirnya beralih ke batu bara. Refinitiv meramalkan produksi listrik Jerman yang menggunakan batu bara pekan ini akan meningkat secara week-on-week sebesar 0,5 GWh /jam.
Konsumsi di Jerman minggu ini diperkirakan naik secara mingguan menjadi 62,8 GWh/jam dibandingkan dengan 59,2 GWh/jam untuk periode seminggu sebelumnya. Permintaan gas diperkirakan menurun sekitar 3,8 GWh/jam karena harga gas yang lebih tinggi kemungkinan mendorong peningkatan peralihan gas-ke-batu bara.
Seminggu lalu, pembangkit listrik tenaga batu bara seperti yang dilaporkan oleh European Energy Exchange (EEX) adalah 0,58 TWh dibandingkan dengan 0,73 TWh pada minggu sebelumnya. Secara month-to-date, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di Jerman telah menghasilkan rata-rata 4,3 GWh/h naik dibandingkan bulan September lalu yang hanya mencapai 3,6 GWh/h.
Sentimen lain datang dari India yang produksinya terganggu karena diguyur hujan lebat di Dipka atau India Tengah. Situasi ini kemungkinan akan mendorong permintaan batu bara termal impor dari negara lain.
Akibat sentimen positif tersebut, sektor pertambangan di bursa efek naik 14 poin atau 0,91%. Saham-saham yang berkontribusi terhadap kenaikan sektor tersebut utamanya berasal dari emiten batu bara, yakni: PT Bumi Resources Tbk/BUMI (+2,46%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+2,01%), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+0,44%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Batu Bara Masih Akan Naik Seiring Kebutuhan Industri di China