Perang Dagang dan Resesi Bikin Mata Uang Asia Galau Hari Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 October 2019 10:55
Damai Dagang AS-China Menemui Ganjalan
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York di Wall Street melemah signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,19%, S&P 500 amblas 1,56%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,67%.

Melihat Wall Street yang 'terbakar', mood pelaku pasar di Asia ikut hancur. Akhirnya minat terhadap aset-aset di negara berkembang Asia menyusut, dan menyebabkan sejumlah mata uang melemah, termasuk rupiah.


Investor mencemaskan hubungan AS-China yang memanas, meski sebentar lagi kedua negara berencana menggelar dialog dagang. Kemarin, AS memasukkan 28 entitas asal China dalam daftar hitam. Artinya, 28 entitas tersebut tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS.

"Entitas yang terimplikasi melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk represi di China berupa penahanan dan pengawasan menggunakan teknologi untuk komunitas Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas muslim lainnya," sebut keterangan Kementerian Perdagangan AS yang mendeskripsikan 28 tersebut.

Ketegangan kian meningkat kala AS juga menolak permintaan visa terhadap pejabat China yang diduga terlibat dalam penahanan dan penyiksaan komunitas muslim. China pun tidak terima.

"Masalah #Xinjiang murni urusan dalam negeri kami sehingga pihak luar tidak diperbolehkan mengintervensi. Kami mendesak AS untuk memperbaiki langkahnya dan berhenti mengintervensi urusan dalam negeri China," cuit Kedutaan Besar China untuk AS melalui Twitter.

Meski perundingan dagang di Washington pada 10-11 Oktober mendatang masih terjadwal, tetapi perkembangan seperti ini bisa menjadi batu sandungan. Jangan sampai jalan menuju damai dagang rusak, seperti rantai pasok global yang berantakan gara-gara perang dagang AS-China.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular