Rupiah Memang Menguat, Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2019 10:28
Rupiah Memang Menguat, Tapi...
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah yang sempat melemah kini sudah berbalik arah.

Pada Selasa (8/10/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.170. Rupiah melemah tipis 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah berhasil membalikkan kedudukan. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.150 di mana rupiah menguat 0,04%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih melemah 0,11%. Namun perlahan depresiasi rupiah menipis dan akhirnya habis. Rupiah pun menyeberang ke jalur hijau.

Rupiah bergabung dengan sebagian besar mata uang utama Asia yang juga menguat terhadap dolar AS. Sejauh ini tinggal dolar Hong Kong, rupee India, yen Jepang, dan baht Thailand yang masih melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:05 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Investor kembali meminati instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia seiring asa damai dagang AS-China yang menebal. Pada 10-11 Oktober, AS-China akan menggelar dialog dagang tingkat menteri di Washington. Delegasi AS akan dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sementara kontingen China dikomandoi Wakil Perdana Menteri Liu He.

"Kami rasa ada peluang menuju sesuatu yang sangat substansial. Saya ingin ada kesepakatan besar, dan kami mengarah ke sana," tegas Presiden AS Donald Trump, seperti diberitakan Reuters.


Meski ada harapan damai dagang, tetapi penguatan mata uang Asia yang tipis saja menandakan investor masih wait and see. Selain dialog di Washington, pelaku pasar juga menanti rilis notula rapat (minutes of meeting) Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed edisi September pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega sepakat untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%. Namun keputusan itu sepertinya tidak bulat, masih ada anggota komite pengambil kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang ingin kebijakan moneter tidak terlampau dovish.


"Ekonomi AS masih berjalan baik. Inflasi rendah, pengangguran rendah, dan ekonomi masih tumbuh moderat," tegas Presiden The Fed cabang Kansas City Esther George, seperti diwartakan Reuters.

George menyiratkan bahwa ekonomi AS masih baik-baik saja, belum butuh 'suntikan adrenalin' berupa penurunan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan. Apalagi George menyebutkan bahwa konsumen AS tetap optimistis.

The Conference Board melaporkan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) AS pada September sebesar 125,1. Indeks yang di atas 100 menunjukkan konsumen masih pede melihat perekonomian saat ini dan prospeknya ke depan.

"Kalau saya melihat konsumen kehilangan keyakinan, maka mungkin saya akan berubah pikiran. Jadi inflasi yang rendah saja tidak bisa menjadi patokan dalam pengambilan kebijakan," lanjut George.

Kepastian soal arah kebijakan moneter AS ke depan bisa tergambar dalam minutes of meeting. Apakah ke depan Powell dan sejawat masih akan menurunkan suku bunga acuan? Atau penurunan bulan lalu adalah yang terakhir untuk tahun ini? Mari kita simak di minutes of meeting Kamis nanti...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular