Pak Jokowi Tenangkan Pasar, Butuh Zaken Kabinet & Tak Gaduh

Syahrizal Sidik & Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 October 2019 06:36
Salah satu faktor kunci yang sedang di perhatikan pelaku pasar saat ini adalah komposisi menteri yang akan menjadi pembantu Presiden Jokowi.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mulai mendengarkan suara dari para pelaku pasar yang mulai resah dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus tertekan belakangan ini dan sempat di bawah level 6.000. Salah satu faktor kunci yang sedang di perhatikan pelaku pasar saat ini adalah komposisi menteri yang akan menjadi pembantu Presiden Jokowi dalam lima tahun ke depan.

Figur dan kompetensi para menteri baru nanti, khususnya yang menangani masalah ekonomi, jadi faktor kunci untuk memelihara ekspektasi pelaku pasar. Kalangan profesional yang punya kompentesi dalam mengatasi persoalan perlambatan ekonomi sedang dinanti-nanti pelaku pasar.

Direktur Utama Evergreen Sekuritas Indonesia Rudy Utomo mengatakan tingkat profesionalisme menteri tersebut akan ditunjukkan dengan prestasi yang berhasil dicapai oleh menteri ketika menduduki jabatannya. Selain itu, diharapkan juga menteri yang mendukung kinerja presiden dan memiliki citra yang baik serta tak terlibat pelanggaran hukum.

"Saya rasa pasti yang namanya bagus, baik, jangan tersangkut masalah hukum lalu juga yang profesional. Terlepas dari partai politik kalau bisa yang profesional," kata Rudy kepada CNBC Indonesia, Senin (7/10/2019).


Menurut dia, dengan kinerja kabinet yang diusung presiden yang profesional ini akan menjadi stimulus bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, baik di pasar saham maupun sektor riil.

Wacana soal menteri dan susunan kabinet, dalam beberapa hari terakhir sudah berkembang. Ada sejumlah nama-nama dan nomenklatur kementerian yang akan dibentuk Jokowi. Ini menambah spekulasi di kalangan pelaku pasar dan membuat kinerja saham domestik menjadi kurang bergairah.

Ketidakjelasan dan kesimpangsiuran berita soal susunan kabinet tersebut tak mampu membuat IHSG bergairah. Bahkan pada perdagangan kemarin, IHSG sempat tesungkur di bawah level 6.000, sebelum akhirnya diangkat lagi di akhir perdagangan dan ditutup melemah 1% ke level 6.000.

Sementara dari eksternal ada tekanan yang cukup kuat terkait sentimen perang dagang Amerikas Serikat (AS)-China dan AS-Uni Eropa. Bahkan kemarin sempat tersiar kabar AS-China kemungkinan tak akan menemukan titik temu terkait rencana negosiasi dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut.


Sementara, investor butuh katalis kuat untuk meyakinkan ekonomi Indonesia bisa lebih baik pada 2020 dan bisa mempompa IHSG agar tak terperosok dan keluar dari level 6.000. Secara year to date, IHSG masih terkoreksi 3,13% sejak awal tahun hingga saat ini.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan menteri-menteri baru ini diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih baik untuk berbisnis. Hal ini akan dapat dilakukan jika adanya regulasi-regulasi yang mendukung, bukan malah mempersulit masuknya investasi.

"Sebagai pelaku pasar, saya berharap menteri-menteri dalam kabinet, menteri-menteri melakukan perbaikan, reformasi dalam peraturan dan legislasi yang ada. Yang membuat Indonesia tempat yang lebih baik untuk berbisnis. Kan yang kita butuhkan investasi," kata Laksono di Gedung BEI, Senin (7/10/2019).

Selain itu, pihaknya juga mendukung langkah pemerintah untuk melakukan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Fokus ini ditunjukkan dengan langkah pemerintah yang memprioritaskan APBN tahun depan lebih besar untuk sektor pendidikan.

"Kita harapkan menteri yang duduk disana dapat memanfaatkan dana APBN yang baik," imbuhnya.


Dari segi Anggota Bursa (AB), Indonesia dinilai membutuhkan menteri-menteri yang bekerja secara profesional terlepas dari keterikatanannya dengan kelompok politik manapun. Dengan kinerja menteri yang profesional dinilai akan menimbulkan kepercayaan pasar terhadap investasi di Indonesia, khususnya pasar saham.

Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Octavianus Budiyanto berharap, menteri-menteri ekonomi yang akan dipilih Jokowi nantinya bisa menjadi eksekutor program yang mumpuni. Dia pun tak mempermasalahkan latar belakang dari kalangan partai politik atau dari profesional.

Apalagi, tantangan perekonomian ke depan tidak akan mudah: ada bayang-bayang resesi ekonomi dunia, perlambatan ekonomi dan masih berkecamuknya perang dagang.

"Dengan tantangan global, trade war dan resesi ekonomi dunia, menteri yang diangkat harus benar-benar orang yang bisa mengeksekusi, tidak sekadar hanya sebagai simbol," ucap Oky, sapaan akrabnya, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (7/10/2019).

Dua Kementerian Harus Dievaluasi Jokowi
[Gambas:Video CNBC]


Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, berpendapat, para pelaku pasar menantikan tim ekonomi yang berasal dari kalangan profesional akan memiliki nilai tambah. Apalagi, pemerintah ingin memacu kinerja ekonomi dalam lima tahun mendatang.

"Periode kedua secara historis di beberapa pemerintahan selalu punya kinerja lebih cepat, profesional lebih banyak akan lebih maksimal," kata Alfred, Senin (7/10/2019).

Menurut Alfred, Presiden Jokowi juga belum lama ini mewacanakan sejumlah nomenklatur baru seperti adanya kementerian khusus yang membidangi masalah investasi, ekonomi digital. Tak lain, tujuan akhirnya untuk mendongrak iklim investasi dan inisiasi tersebut cukup direspons positif pelaku pasar.

Pak Jokowi Tenangkan Pasar, Butuh Zaken Kabinet & Tak GaduhFoto: cover topik/jokowi thumbnail/Aristya Rahadian Krisabella

(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular