
Analisis Teknikal
Perundingan AS-China Pekan ini, Emas Mau Kemana?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 October 2019 14:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas mengawali perdagangan Senin (7/10/19) dengan menguat, tetapi seiring berjalannya waktu penguatan emas terus terpangkas. Selepas tengah hari emas sudah nyaris stagnan.
Data tenaga kerja AS yang bervariasi pada Jumat lalu membuat harga emas "galau". Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (4/10/11) melaporkan melaporkan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% di bulan September dari bulan sebelumnya 3,7%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam setengah abad atau tepatnya sejak Desember 1969.
Meski data tersebut terbilang apik, tetapi jika data tenaga kerja dilihat secara keseluruhan masih ada cela. Penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya 136.000 orang, lebih rendah dari bulan sebelumnya 168.000 0rang. Rata-rata upah per jam stagnan 0% month-on-month (MoM), sementara jika dilihat secara tahunan (year-on-year), rata-rata upah per jam tumbuh 2,9%, terlemah sejak Juli 2018.
Seandainya data tingkat pengangguran AS tidak menunjukkan penurunan, emas akan sangat leluasa untuk terus menguat. Apalagi serangkaian data yang dirilis sebelumnya menunjukkan pelambatan ekonomi AS. Negeri Paman Sam bahkan dikatakan mengalami semi resesi.
"Sementara investor berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang lebih baik (saat ini) digambarkan sebagai semi-resesi," kata Kepala Strategis Ekuitas di Credit Suisse AS Jonathan Golub sebagaimana ditulis CNBC International.
Penggerak utama harga emas di pekan ini sebenarnya perundingan dagang AS-China. Hasil pertemuan tersebut bahkan bisa saja menentukan arah emas dalam jangka menengah.
Ibarat dua sisi mata uang, perundingan kali ini memunculkan harapan akan adanya kesepakatan dagang kedua belah pihak, tetapi di sisi lain pelaku pasar juga berhati-hati seandainya kedua negara sekali lagi gagal mencapai kesepakatan malah terjadi eskalasi perang dagang.
AS-China akan mengadakan perundingan dagang di Washington pada 10-11 Oktober nanti. Jika kedua negara mencapai kata sepakat, tentunya sentimen pelaku pasar akan membaik, pertumbuhan ekonomi dunia bisa bangkit dari pelambatan, dan emas menjadi kurang menarik.
Sebaliknya, jika perundingan kembali berujung eskalasi perang dagang, emas bisa kembali terbang tinggi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Data tenaga kerja AS yang bervariasi pada Jumat lalu membuat harga emas "galau". Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (4/10/11) melaporkan melaporkan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% di bulan September dari bulan sebelumnya 3,7%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam setengah abad atau tepatnya sejak Desember 1969.
Meski data tersebut terbilang apik, tetapi jika data tenaga kerja dilihat secara keseluruhan masih ada cela. Penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya 136.000 orang, lebih rendah dari bulan sebelumnya 168.000 0rang. Rata-rata upah per jam stagnan 0% month-on-month (MoM), sementara jika dilihat secara tahunan (year-on-year), rata-rata upah per jam tumbuh 2,9%, terlemah sejak Juli 2018.
Seandainya data tingkat pengangguran AS tidak menunjukkan penurunan, emas akan sangat leluasa untuk terus menguat. Apalagi serangkaian data yang dirilis sebelumnya menunjukkan pelambatan ekonomi AS. Negeri Paman Sam bahkan dikatakan mengalami semi resesi.
"Sementara investor berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang lebih baik (saat ini) digambarkan sebagai semi-resesi," kata Kepala Strategis Ekuitas di Credit Suisse AS Jonathan Golub sebagaimana ditulis CNBC International.
Penggerak utama harga emas di pekan ini sebenarnya perundingan dagang AS-China. Hasil pertemuan tersebut bahkan bisa saja menentukan arah emas dalam jangka menengah.
Ibarat dua sisi mata uang, perundingan kali ini memunculkan harapan akan adanya kesepakatan dagang kedua belah pihak, tetapi di sisi lain pelaku pasar juga berhati-hati seandainya kedua negara sekali lagi gagal mencapai kesepakatan malah terjadi eskalasi perang dagang.
AS-China akan mengadakan perundingan dagang di Washington pada 10-11 Oktober nanti. Jika kedua negara mencapai kata sepakat, tentunya sentimen pelaku pasar akan membaik, pertumbuhan ekonomi dunia bisa bangkit dari pelambatan, dan emas menjadi kurang menarik.
Sebaliknya, jika perundingan kembali berujung eskalasi perang dagang, emas bisa kembali terbang tinggi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular