
Top! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun, Terbaik ke-3 di Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2019 17:20

Rupiah bisa jadi menguat lebih tajam pada perdagangan hari ini seandainya masih ada euforia perundingan dagang AS-China. Kedua negara akan mengadakan perundingan pada 10-11 Oktober di Washington.
Belum selesai perang dagang AS-China, kini muncul potensi perang dagang AS dengan Uni Eropa yang membuat investor deg-degan.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah memenangkan gugatan AS yang menyebut Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dengan perusahaan pembuat pesawat lainnya seperti Boeing.
Sidang panel WTO menyatakan AS menderita kerugian sampai US$ 7,5 miliar per tahun. Keputusan WTO ini menjadi pembenaran bagi rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap importasi produk-produk dari Eropa. Washington mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi hingga US$ 11 miliar.
Jika dilihat dari nilai transaksi AS-Uni Eropa, ternyata lebih besar dari AS-China. Data Kantor Perwakilan Dagang AS menunjukkan impor AS dari Uni Eropa bernilai US$ 683,9 miliar pada 2018. Pada tahun yang sama, impor dari China US$ 557,9. Sementara ekspor AS ke Uni Eropa tercatat US$ 574,5 miliar dan ke China adalah US$ 179,2 miliar.
Kantor Perwakilan Dagang AS Rabu kemarin merilis daftar yang akan dikenakan bea impor mulai dari pesawat terbang sebesar 10 % hingga berbagai jenis makanan dan produk tekstil senilai 25% yang mulai berlaku efektif pada 18 Oktober.
AS menegaskan Uni Eropa tidak boleh membalas dengan ikut-ikutan menerapkan bea masuk. Sebab apa yang dilakukan AS sudah sesuai dengan putusan WTO.
"Tidak ada saling balas di sini. Sesuai dengan aturan WTO, yang kami patuhi, kami berhak melakukan ini dan mereka tidak boleh membalas," tegas Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Namun sudah pasti Eropa tidak akan tinggal diam. Kalau balas mengenakan bea masuk tidak diperbolehkan, maka Eropa akan mencari cara lain untuk 'mengerjai' AS.
"Apabila pemerintah AS menolak tangan yang sudah diulurkan Prancis dan Uni Eropa, maka kami akan menyiapkan sanksi," ungkap Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis, seperti diberitakan Reuters.
Jika perang dagang AS-UE benar terjadi, tentunya perekonomian global akan semakin terancam. Perang dagang AS-China saja sudah berdampak besar ke ekonomi global, ancaman resesi terjadi di mana-mana, bank sentral di berbagai negara "berlomba" menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, atau untuk menghindari terjadinya resesi.
Negara Adikuasa kini terancam "dikeroyok" China dan Uni Eropa dari segi perdagangan. Kondisi ekonomi global yang memburuk tentunya bukan kabar bagus bagi RI, para pelaku pasar akan memilih mengamankan investasi ke aset safe haven.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Belum selesai perang dagang AS-China, kini muncul potensi perang dagang AS dengan Uni Eropa yang membuat investor deg-degan.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah memenangkan gugatan AS yang menyebut Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dengan perusahaan pembuat pesawat lainnya seperti Boeing.
Sidang panel WTO menyatakan AS menderita kerugian sampai US$ 7,5 miliar per tahun. Keputusan WTO ini menjadi pembenaran bagi rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap importasi produk-produk dari Eropa. Washington mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi hingga US$ 11 miliar.
Jika dilihat dari nilai transaksi AS-Uni Eropa, ternyata lebih besar dari AS-China. Data Kantor Perwakilan Dagang AS menunjukkan impor AS dari Uni Eropa bernilai US$ 683,9 miliar pada 2018. Pada tahun yang sama, impor dari China US$ 557,9. Sementara ekspor AS ke Uni Eropa tercatat US$ 574,5 miliar dan ke China adalah US$ 179,2 miliar.
Kantor Perwakilan Dagang AS Rabu kemarin merilis daftar yang akan dikenakan bea impor mulai dari pesawat terbang sebesar 10 % hingga berbagai jenis makanan dan produk tekstil senilai 25% yang mulai berlaku efektif pada 18 Oktober.
AS menegaskan Uni Eropa tidak boleh membalas dengan ikut-ikutan menerapkan bea masuk. Sebab apa yang dilakukan AS sudah sesuai dengan putusan WTO.
"Tidak ada saling balas di sini. Sesuai dengan aturan WTO, yang kami patuhi, kami berhak melakukan ini dan mereka tidak boleh membalas," tegas Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Namun sudah pasti Eropa tidak akan tinggal diam. Kalau balas mengenakan bea masuk tidak diperbolehkan, maka Eropa akan mencari cara lain untuk 'mengerjai' AS.
"Apabila pemerintah AS menolak tangan yang sudah diulurkan Prancis dan Uni Eropa, maka kami akan menyiapkan sanksi," ungkap Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis, seperti diberitakan Reuters.
Jika perang dagang AS-UE benar terjadi, tentunya perekonomian global akan semakin terancam. Perang dagang AS-China saja sudah berdampak besar ke ekonomi global, ancaman resesi terjadi di mana-mana, bank sentral di berbagai negara "berlomba" menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, atau untuk menghindari terjadinya resesi.
Negara Adikuasa kini terancam "dikeroyok" China dan Uni Eropa dari segi perdagangan. Kondisi ekonomi global yang memburuk tentunya bukan kabar bagus bagi RI, para pelaku pasar akan memilih mengamankan investasi ke aset safe haven.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular