AS Semi Resesi, Rupiah Berpeluang ke Bawah Rp 14.100/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2019 12:34
AS Semi Resesi, Rupiah Berpeluang ke Bawah Rp 14.100/US$
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (4/10/19), kondisi ekonomi Negeri Paman Sam yang semakin memburuk membuat dolar AS tertekan.

Membuka perdagangan hari ini rupiah langsung menguat 0,18% di Rp 14.145/US$, setelahnya penguatan rupiah semakin tebal hingga ke level Rp 14.110/US$ atau menguat 0,42%. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.130/US$ menguat 0,28%.

Dalam tiga hari terakhir AS melaporkan data ekonomi yang menunjukkan resesi semakin dekat, bahkan ada yang menyebutnya semi resesi.



"Sementara investor berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang lebih baik (saat ini) digambarkan sebagai semi-resesi," kata Kepala Strategis Ekuitas di Credit Suisse AS Jonathan Golub sebagaimana ditulis CNBC International.

Data dari Institute fo Supply Management (ISM) Kamis menunjukkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor jasa melambat menjadi 52,6 di bulan September, dari sebelumnya 56,4.

Sebelumnya pada hari Selasa lalu ISM melaporkan angka PMI manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 artinya kontraksi yakni aktivitas sektor manufaktur semakin menyusut, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.

Kontraksi yang dialami sektor manufaktur AS di bulan September tersebut merupakan yang terdalam sejak satu dekade terakhir, tepatnya sejak Juni 2009 ketika resesi AS 2007-2009 berakhir.



Rabu kemarin giliran Automatic Data Processing Inc (ADP) melaporkan pelemahan pasar tenaga kerja AS. Sepanjang bulan September ekonomi AS dilaporkan menyerap 135.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian. Data tersebut lebih rendah dari bulan Agustus sebanyak 157.000 tenaga kerja.

Akibat rilis tiga data tersebut, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kini diprediksi akan memangkas suku bunga di akhir bulan ini. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, hingga siang ini pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 86,1% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober nanti (31 Oktober dini hari WIB).

Akibatnya dolar AS yang perkasa di awal pekan ini langsung rontok.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Grafik Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak sedikit menurun meski masih di wilayah positif. Histogram berada di wilayah positif tetapi mulai menurun. Melihat indikator tersebut, tekanan rupiah untuk jangka menengah mulai berkurang. 

Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dan masih di wilayah jenuh jual (oversold).

Rupiah bergerak di kisaran support (tahanan bawah) Rp 14.130/US$, melihat indikator stochastic yang berada di wilayah oversold, Mata Uang Garuda berpeluang memangkas penguatan ke area US$ 14.160/US$. 

Sementara jika mampu menembus secara konsisten di bawah US$ 14.130/US$, rupiah berpeluang menguat kembali ke area US$ 14.110/US$. Peluang ke area Rp 14.090/US$ menjadi terbuka jika level tersebut juga ditembus.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular