Pepsi Hengkang, Begini Gambaran Kinerja Emiten Mamin RI

Market - Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 October 2019 13:07
Keluarnya produsen minuman asal Amerika Serikat (AS) tersebut menjadi salah satu sentimen yang menggerakkan harga saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
Jakarta, CNBC Indonesia - Hengkangnya merek minuman Pepsi dari Indonesia sempai ramai diberitakan media pada perdagangan kemarin. Keluarnya produsen minuman asal Amerika Serikat (AS) tersebut menjadi salah satu sentimen yang menggerakkan harga saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Pasalnya, ICBP melalui anak usahanya, PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) mendapatkan hak eksklusif dari PepsiCo Inc. dan perusahaan afiliasinya, untuk memproduksi, menjual dan mendistribusikan secara eksklusif produk minuman non-alkohol dengan menggunakan merek-merek milik PepsiCo di Indonesia. Namun, AIBM diketahui telah mengakhiri kontrak dengan PepsiCo Inc.

Belum ada pemberitaan lebih lanjut terkait alasan mengapa kontrak kerja tersebut diakhiri. Meskipun begitu, manajemen ICBP menegaskan tingkat persaingan di sektor minuman cukup ketat dan akan terus berlanjut tahun ini.

"Tingkat persaingan di kategori minuman di Indonesia diperkirakan akan tetap ketat [tahun 2019] mengingat nilai industrinya yang besar dan potensi pertumbuhan yang menjanjikan," tulis manajemen ICBP dalam laporan keuangan tahunan, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (3/10/2019).

Jadi, mau tidak mau, para pemain utama terus meningkatkan belanja iklan dan promosi untuk mempertahankan posisinya di pasar. Ini tentu menjadi sinyal bagi pemain di industri minuman dalam kemasan.

Melansir laporan keuangan perusahaan ICBP, tampaknya belum berhasil menorehkan laba usaha dari segmen minuman pada paruh pertama tahun ini, di mana rugi kotor atau rugi usaha yang dicatatkan perusahaan sebesar Rp 100,03 miliar. Nilai ini sejatinya turun dari perolehan rugi usaha semester I-2018 yang ada di Rp 158,94 miliar.

Sementara itu, pertumbuhan penjualan minuman perusahaan tergolong stagnan dengan hanya mencatatkan kenaikan 3,2% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Kemudian, apakah memang industri minuman Tanah Air sedang tertekan?

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba merangkum torehan penjualan dan laba usaha dari perusahaan publik yang keseluruhan atau salah satu lini bisnis bergerak di segmen minuman.


Berdasarkan tabel di atas, selain ICBP, produsen dan distributor minuman alkohol, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) juga membukukan kinerja yang kurang memuaskan dari penjualan minuman. Pasalnya, penjualan perusahaan turun 0,24% YoY ke level Rp 388,56 miliar dari Rp 389,49 miliar.

Alhasil, laba kotor yang dicatatkan perusahaan juga ikut terkikis dengan melemah 3,24% YoY, dari Rp 142,65 miliar menjadi Rp 141,55 miliar.

Lebih lanjut, di tengah persaingan ketat di industri minuman, tampaknya terdapat beberapa pemain yang berhasil bertahan dan bahkan menorehkan pertumbuhan laba kotor fantastis.

Perusahaan yang menorehkan keuntungan terbesar dari segmen minuman adalah PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) dengan total laba kotor Rp 1,07 triliun. Kemudian disusul oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan perolehan laba sebesar Rp 1,01 triliun.

Sementara itu, perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan laba kotor terbesar adalah, produsen dan distributor air minum, PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO).

Sepanjang semester I-2019, laba kotor perusahaan meroket 113,45% secara tahunan ke level Rp 17,47 miliar dari periode sebelumnya senilai Rp 8,18 miliar. Setelah ditelusuri lebih rinci, laba kotor ALTO melesat seiring dengan penurunan biaya beban laboratorium, beban reparasi & perawatan, dan beban sewa.

Sayangnya, meski menorehkan pertumbuhan laba kotor yang fantastis, ALTO menduduki posisi paling bontot dari segi perolehan laba kotor.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya

Pepsi Pamit dari RI, Begini Penjelasan Emiten Grup Salim


(dwa/dwa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading