2 Hari Amblas, Bursa Wall Street Berpotensi Rebound!

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 October 2019 18:12
Pada pukul 17:30 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat masing-masing 34,38 poin dan 3,59 poin.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Wall Street di AS berpotensi menguat pada perdagangan Kamis ini (3/10/2019) setelah kontrak futures indeks acuan bursa saham AS tersebut menguat terbatas. Penguatan indeks futures tersebut kemungkinan besar didorong oleh technical rebound setelah dalam 2 hari perdagangan terakhir indeks di bursa AS terkoreksi hingga lebih dari 800 poin.

Pada pukul 17:30 WIB, data perdagangan mencatat, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat masing-masing 34,38 poin dan 3,59 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq naik dalam hingga 14,46 poin.

Pada perdagangan 2 hari lalu, Indeks Dow Jones tercatat anjlok 838,21 poin (3,11%), Nasdaq turun melemah 198,66 poin (2,56%), dan S&P 500 melemah 89,13 (2,99%).


Terperosoknya kinerja bursa Wall Street seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar atas potensi resesi yang mungkin menghampiri Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat seiring dengan mirisnya rilis data ekonomi Negeri Paman Sam.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1. Lebih parah lagi, skor 47,8 adalah capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009.


Selain itu, Rabu kemarin (2/10/2019) Washington juga akan memulai babak baru perang dagang setelah Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan rencana pengenaan tarif atas produk impor asal Uni Eropa per 18 Oktober 2019.

Melansir pemberitaan CNBC International bea masuk 10% akan dikenakan pada pesawat Airbus, 25% pada produk wine asal Perancis dan whiskey asal Irlandia dan Skotlandia. Washington juga akan memberlakukan tarif pada produk keju, kopi, mentega dan daging babi.

Sejatinya wajar saja kecemasan investor meningkat karena friksi dagang AS dan Benua Biru berpotensi menyakiti ekonomi Negeri Adidaya lebih dalam ketimbang perang dagang dengan China.

Mengutip data Kantor Perwakilan Dagang AS, impor AS dari Uni Eropa bernilai US$ 683,9 miliar pada 2018. Pada tahun yang sama, impor dari China 'hanya' US$ 557,9. Sementara ekspor AS ke Uni Eropa tercatat US$ 574,5 miliar dan ke China adalah US$ 179,2 miliar.

Pada hari ini investor akan mencermati beberapa rilis data ekonomi AS sebagai berikut:

1. Klaim pengangguran September pada pukul 19:30 WIB
2. Indeks PMI sektor jasa dan indeks PMI komposit versi market bulan September pada pukul 20:45 WIB
3. Indeks PMI non-manufaktur versi ISM bulan September pada pukul 21:00 WIB
4. Aktivitas bisnis bulan September versi ISM pada pukul 21:00 WIB
5. Laju pertumbuhan jumlah pesanan pabrik di Agustus pada pukul 21:00 WIB

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular