Awas, Rupiah Hari ini Rasanya Bakal Ngeri-ngeri Sedap!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 October 2019 08:24
Awas, Rupiah Hari ini Rasanya Bakal Ngeri-ngeri Sedap!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya perjalanan rupiah agak mengerikan karena banyaknya sentimen negatif eksternal.

Pada Kamis (3/10/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.190 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,11% di hadapan dolar AS. Nyaris seluruh mata uang utama Asia juga mampu terapresiasi.


Namun pagi ini sepertinya peta permainan mulai berubah. Sejumlah mata uang utama Benua Kuning mulai melemah. Rupiah masih beruntung tidak ikut terpeleset masuk zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:07 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)



Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup jeblok. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,86%, S&P 500 amblas 1,79%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,56%.

Perkembangan di Wall Street sepertinya merusak mood investor di pasar Asia. Sejumlah bursa saham yang sudah buka bergerak melemah, bahkan indeks di Korea Selatan dan Jepang anjlok di kisaran 1%.

Berikut perkembangan sejumlah indeks saham Asia pada pukul 08:10 WIB:



Seperti kemarin, bursa saham New York masih mencemaskan aktivitas manufaktur AS yang menyentuh titik terlemah dalam 10 tahun terakhir. Bayang-bayang resesi semakin besar dan membuat pelaku pasar panik.


Saat ini pasar sudah menilai sektor manufaktur AS memasuki resesi. Meski ekonomi secara keseluruhan masih tumbuh positif, tetapi PMI adalah salah satu leading indicator utama yang menunjukkan arah perekonomian ke depan. Artinya, risiko resesi di AS memang boleh dibilang semakin nyata.

 

Investor juga menantikan rilis data lanjutan dari ISM yaitu PMI sektor jasa yang akan keluar besok. Namun biasanya sektor jasa bergerak searah dengan manufaktur, dan kalau itu terjadi maka prospek ekonomi Negeri Adidaya bakal semakin suram.

Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi yang mungkin berujung kepada resesi dipertegas oleh rilis data ketenagakerjaan dari ADP. Ini menjadi gambaran awal terhadap data ketenagakerjaan resmi yang akan dirilis pemerintah AS akhir pekan ini.

ADP melihat penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam pada September adalah 135.000. Turun dibandingkan posisi Agustus yang sebanyak 157.000 dan berada di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 140.000.

Situasi diperparah dengan potensi perang dagang. Kali ini bukan AS vs China, tetapi AS vs Uni Eropa. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memenangkan gugatan AS yang menyebut Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dengan perusahaan pembuat pesawat lainnya seperti Boeing.


Sidang panel WTO menyatakan AS menderita kerugian sampai US$ 7,5 miliar per tahun. Keputusan WTO ini menjadi pembenaran bagi rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap importasi produk-produk dari Eropa. Washington mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi hingga US$ 11 miliar.

Jadi, sepertinya jalan yang harus dilalui rupiah hari ini cukup tajam dan berliku. Sebab dalam kondisi 'banjir' sentimen negatif seperti ini, investor mana yang mau bermain api dengan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang?

Ngeri-ngeri sedap nih...



TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular