Ada Transaksi Jumbo, Saham TBIG Ditutup Menguat 1,63%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 October 2019 17:28
Total nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 286,46 miliar dengan volume perdagangan sebesar 45,95 juta unit.
Foto: Doc.Centratama Group
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) ditutup menguat 1,63% ke level Rp 6.250/unit saham pada perdagangan hari ini (2/10/2019). Total nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 286,46 miliar dengan volume perdagangan sebesar 45,95 juta unit.

TBIG termasuk salah satu saham dengan imbal hasil paling tinggi di sektor infrastruktur tahun ini, di mana sepanjang tahun berjalan mampu mencatatkan kenaikan hingga 73,61%.



Tidak hanya mencatatkan penguatan, pada penutupan perdagangan TBIG juga menjadi saham yang paling banyak diburu oleh investor asing dengan mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 1,29 triliun.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, capaian net buy tersebut didorong oleh transaksi jumbo di pasar negosiasi, terutama antara Credit Suisse Sekuritas sebagai broker penjual dan Mahakarya Artha Sekuritas sebagai pihak pembeli.

Kabar teranyar, TBIG diketahui berencana menerbitkan surat utang global atau notes berbasis dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,1 triliun dengan acuan kurs Rp 14.141/US$. Menurut rencana, dana hasil penerbitan obligasi akan dipakai untuk melunasi utang jatuh tempo dan ekspansi usaha.

"Dana yang diperoleh dari penerbitan notes akan digunakan perseroan untuk membiayai rencana ekspansi usaha di masa yang akan datang dan menunjang kebutuhan pendanaan perseroan," kata manajemen TBIG, dalam prospektus yang disampaikan, Senin (23/9/2019).

Ekspansi yang akan dilakukan tersebut meliputi perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perijinan, desain infrastruktur dan konstruksi, instalasi jaringan dan manajemen proyek tower telekomunikasi, perluasan jaringan hingga pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur.

Selain itu perusahaan juga termasuk dari salah satu pihak yang tertarik mengikuti tender offer atas menara Base Transceiver Station (BTS) milik PT Indosat Tbk (ISAT).

Melansir laporan keuangan tahunan 2018, TBIG tercatat memiliki sekitar 15.032 lokasi menara dengan jumlah penyewaan mencapai 25.518.

Lebih lanjut, sepanjang paruh pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan pendapatan 9,57% secara tahunan menjadi Rp 2,27 triliun dari sebelumnya Rp 2,08 triliun di semester I-2018.

Sayangnya, laba bersih yang diatribusikan pada entitas induk justru terkoreksi 5,17% secara tahunan ke level Rp 382,14 miliar dari capaian paruh pertama tahun lalu senilai Rp 402,98 miliar.

Kinerja bottom line perusahaan tertekan karena peningkatan biaya pada pos beban pokok pendapatan dan beban keuangan.
(dwa/dwa) Next Article Ini 13 Bank yang Sokong Tower Bersama Rp 5,3 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular