Mau Terbitkan Obligasi Rp 9 T, Saham Tower Bersama Melesat 8%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 September 2019 16:58
Nilai transaksi saham perusahaan di akhir perdagangan tercatat sebesar Rp 22,98 miliar
Foto: Doc.Centratama Group
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) ditutup melesat 8,18% menjadi Rp 5.950/unit saham pada perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2019).

Nilai transaksi saham perusahaan di akhir perdagangan tercatat sebesar Rp 22,98 miliar dengan jumlah volume perdagangan mencapai 3,88 juta unit transaksi.



TBIG diketahui berencana menerbitkan surat utang global atau notes berbasis dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,1 triliun dengan acuan kurs Rp 14.141/US$. Menurut rencana, dana hasil penerbitan obligasi akan dipakai untuk melunasi utang jatuh tempo dan ekspansi usaha.

Dalam prospektus yang dipublikasi di media massa, Senin (23/9/2019), Tower Bersama akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rabu, 30 September 2019 mendatang dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) mengenai rencana transaksi tersebut.

"Dana yang diperoleh dari penerbitan notes akan digunakan perseroan untuk membiayai rencana ekspansi usaha di masa yang akan datang dan menunjang kebutuhan pendanaan perseroan," kata manajemen TBIG, dalam prospektus yang disampaikan, Senin (23/9/2019).

Ekspansi yang akan dilakukan tersebut meliputi perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perijinan, desain infrastruktur dan konstruksi, instalasi jaringan dan manajemen proyek tower telekomunikasi, perluasan jaringan hingga pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur.

Selain itu perusahaan juga termasuk dari salah satu pihak yang tertarik mengikuti tender offer atas menara Base Transceiver Station (BTS) milik PT Indosat Tbk (ISAT).

Melansir laporan keuangan tahunan 2018, TBIG tercatat memiliki sekitar 15.032 lokasi menara dengan jumlah penyewaan mencapai 25.518.

Lebih lanjut, sepanjang paru pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan pendapatan 9,57% secara tahunan menjadi Rp 2,27 triliun dari sebelumnya Rp 2,08 triliun di semester I-2018.

Sayangnya, laba bersih yang diatribusikan pada entitas induk justru terkoreksi 5,17% secara tahunan ke level Rp 382,14 miliar dari capaian paruh pertama tahun lalu senilai Rp 402,98 miliar.

Kinerja bottom line perusahaan tertekan karena peningkatan biaya pada pos beban pokok pendapatan dan beban keuangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Pengumuman! Emiten Sandiaga Uno Rilis Obligasi Rp 1,5 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular