
Ada Hantu Resesi, Cuan Emas di Kuartal III Bisa Sampai 6,35%

Akibat perang dagang tersebut ekonomi AS harus mengalami perlambatan pertumbuhan terutama di aktivitas investasi bisnis, sektor manufaktur hingga pertanian. Pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal 2 tercatat 2% dibandingkan pada kuartal pertama yang mencapai 3%.
Hal yang sama juga terjadi pada China, ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut harus mencatatkan pertumbuhan terendah sejak 27 tahun terakhir ke level 6,2% pada periode April-Juni.
Selain perang dagang AS-China yang bikin seluruh dunia khawatir, ancaman resesi global juga sudah menunjukkan tanda-tanda yang bikin ketar-ketir juga. Wabah resesi sudah mulai menjangkiti Eropa. Sebut saja Jerman, Inggris dan Italia yang terancam masuk ke dalam jurang resesi yang mengerikan.
Pada periode Mei-Juli ekonomi Negeri Ratu Elizabet tercatat tumbuh 0%, alias tidak tidak tumbuh. Sentimen yang juga memperparah kondisi ini adalah tensi geopolitik yang tak kunjung mereda akibat tidak ditemukannya kesepakatan yang berarti terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.
Italia dan Jerman juga terancam kena resesi. Pertumbuhan ekonomi Italia periode April-Juni tercatat tidak tumbuh alias 0%. Begitu juga Jerman yang mengalami kontraksi pada sektor manufakturnya yang terus menurun.
Mimpi buruk tersebut ternyata tidak hanya melanda daratan benua biru, benua kuning seolah jadi sasaran selanjutnya. Hong Kong dan Singapura adalah kandidat kuat yang akan masuk ke jurang resesi. Melansir data Refinitiv, perekonomian Negeri Singa terkontraksi sebesar 3,3% pada kuartal II-2019 (QoQ annualized). Jika perekonomian di kuartal III-2019 masih terkontraksi, Singapura akan resmi mengalami resesi.
Tak hanya Singapura, Hong Kong juga berada di ujung jurang resesi. Pada kuartal II-2019, perekonomian Hong Kong terkontraksi sebesar 0,4% QoQ, sangat kontras dengan kuartal I-2019 kala perekonomian Negeri Jackie Chan mampu tumbuh sebesar 1,3%. Jika perekonomian di kuartal III-2019 masih terkontraksi, Hong Kong akan resmi jatuh ke jurang resesi.
Ancaman perlambatan ekonomi global tersebut yang membuat investor buru-buru memindahkan asetnya dari yang berisiko tinggi ke aset-aset safe haven seperti emas. Ketika resesi terjadi risk appetite investor global jadi menurun. Alhasil emas jadi diburu dan harganya jadi melambung tinggi seperti sekarang ini.
Kenaikan harga emas global juga turut mengerek instrumen investasi yang dinilai seksi dalam negeri. Apalagi kalau bukan emas Antam. Pada awal Juli 2019, harga emas Antam di gerai Butik Emas LM Pulau Gadung adalah Rp. 650.000/gram. Harga melambung tinggi hingga di tutup ke level Rp. 712.000/gram di akhir September secara point-to-point. Itu artinya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir harga emas Antam naik Rp. 62.000 atau terapresiasi hingga 9,54%. Kenaikan yang lebih tinggi daripada emas global.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)