
Atraktif! Rupiah Bak Roller Coaster di Kuartal III-2019
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 October 2019 16:57

Pergerakan ala roller coaster rupiah terlihat sangat atraktif, hal ini tidak lepas dari kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang 'berlomba' memangkas suku bunga.
BI terbilang agresif dalam memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate. Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega memangkas suku bunga tiga bulan berturut-turut masing-masing 25 basis poin (bps).
BI agresif dalam memangkas suku bunga karena memiliki ruang yang bisa dimanfaatkan dari inflasi serta defisit transakasi berjalan (current account deficit/CAD) yang masih terjaga.
"Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," kata Perry dalam konferensi pers usai RDG edisi September di Jakarta.
Suku bunga yang terus diturunkan diharapkan akan mempercepat laju perekonomian Indonesia, dimana BI memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di kisaran 5,1% di tahun ini. Hal ini tentunnya mendongkrak optimisme pelaku pasar PDB Indonesia bisa akan lebih tinggi lagi ke depannya.
Di sisi lain, The Fed kalah dibandingkan dengan BI. Ketua The Fed Jerome Powell memangkas suku bunga sebanyak dua kali di bulan Juli dan September, masing-masing 25 bps menjadi 1,75-2%. Namun, kalah menangnya bukan ditentukan siapa yang lebih banyak memangkas suku bunga, tetapi siapa yang berhasil mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, dan semua akan terjawab dalam beberapa kuartal ke depan.
Berbeda dengan BI, The Fed memangkas suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) akibat melambatnya ekonomi Paman Sam, diiringi dengan rendahnya inflasi. Bahkan AS diprediksi akan mengalami resesi setelah terjadi inversi yield obligasi (Treasury) AS.
Pelambatan ekonomi dan rendahnya inflasi juga diakui oleh The Fed, tetapi untuk resesi masih dikesampingkan oleh bank sentral paling powerful di dunia ini.
Untuk merangsang roda perekonomian AS, The Fed akhirnya memangkas suku bunga sebanyak dua kali, dan menjadi u-turn kebijakan yang diambil setelah pada tahun lalu suku bunga dinaikkan secara agresif.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(pap/pap)
BI terbilang agresif dalam memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate. Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega memangkas suku bunga tiga bulan berturut-turut masing-masing 25 basis poin (bps).
BI agresif dalam memangkas suku bunga karena memiliki ruang yang bisa dimanfaatkan dari inflasi serta defisit transakasi berjalan (current account deficit/CAD) yang masih terjaga.
"Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," kata Perry dalam konferensi pers usai RDG edisi September di Jakarta.
Suku bunga yang terus diturunkan diharapkan akan mempercepat laju perekonomian Indonesia, dimana BI memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di kisaran 5,1% di tahun ini. Hal ini tentunnya mendongkrak optimisme pelaku pasar PDB Indonesia bisa akan lebih tinggi lagi ke depannya.
Di sisi lain, The Fed kalah dibandingkan dengan BI. Ketua The Fed Jerome Powell memangkas suku bunga sebanyak dua kali di bulan Juli dan September, masing-masing 25 bps menjadi 1,75-2%. Namun, kalah menangnya bukan ditentukan siapa yang lebih banyak memangkas suku bunga, tetapi siapa yang berhasil mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, dan semua akan terjawab dalam beberapa kuartal ke depan.
Berbeda dengan BI, The Fed memangkas suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) akibat melambatnya ekonomi Paman Sam, diiringi dengan rendahnya inflasi. Bahkan AS diprediksi akan mengalami resesi setelah terjadi inversi yield obligasi (Treasury) AS.
Pelambatan ekonomi dan rendahnya inflasi juga diakui oleh The Fed, tetapi untuk resesi masih dikesampingkan oleh bank sentral paling powerful di dunia ini.
Untuk merangsang roda perekonomian AS, The Fed akhirnya memangkas suku bunga sebanyak dua kali, dan menjadi u-turn kebijakan yang diambil setelah pada tahun lalu suku bunga dinaikkan secara agresif.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular