Ditunggu Demo dan Rilis Data Inflasi, Rupiah Masih Bisa Sakti

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2019 08:55
Semoga Faktor Eksternal Bisa Dukung Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Namun setidaknya cuaca eksternal relatif mendukung. Tidak ada sentimen negatif dari luar yang bisa menahan laju rupiah.

Kemarin, tersiar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump tengah membahas rencana untuk mengusir emiten asal China dari bursa saham New York alias Wall Street.

Bahkan, seperti dikutip dari Reuters, Nasdaq berupaya mempersulit perusahaan Negeri Tirai Bambu yang akan mencatatkan saham perdana. Caranya dengan memperketat aturan dan memperlambat proses perizinan.

Akan tetapi kemudian muncul bantahan dari AS. Kementerian Keuangan Negeri Adidaya menegaskan tidak ada rencana untuk mengusir perusahaan China dari lantai bursa, setidaknya dalam waktu dekat.

"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," kata Monica Crowley, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS, seperti diwartakan Bloomberg yang kemudian dikutip oleh Reuters.

"Berita palsu (fake news)," tegas Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, mengomentari kabar rencana pencoretan emiten China dari Wall Street. Seperti dikutip dari Reuters, Navarro mengatakan bahwa kabar itu sangat tidak akurat.


Beijing, yang sudah melakukan konfirmasi ke Washington, mempertegas hal tersebut. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan kedua negara akan berupaya mengedepankan sikap konstruktif dalam penyelesaian perselisihan.

"Memberikan tekanan bahkan memutar balik hubungan AS-China akan merusak kepentingan kedua negara dan justru menciptakan ketegangan di pasar keuangan global, perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi. Ini tentu tidak sesuai dengan kepentingan dunia," tutur Geng, seperti diwartakan Reuters.

China pun terus menunjukkan itikad baik untuk berdamai dengan AS. Kemarin, pemerintah China menyetujui pembelian kedelai dari AS sebanyak 600.000 ton untuk pengiriman November sampai Januari 2020. Ini adalah bagian dari kuota impor 2 juta ton yang bebas bea masuk.

Hubungan AS-China yang membaik jelang dialog dagang 10-11 Oktober membuat pasar berbunga-bunga. Investor pun berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang Asia, yang membuat mata uang utama Benua Kuning bergerak menguat terhadap greenback.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:45 WIB:





TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular