Ulasan Teknikal IHSG

Memerah di Awal Pekan, IHSG Beri Sinyal koreksi Lagi

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
30 September 2019 18:27
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal menguat di penghujung kuartal ketiga tahun.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal menguat di penghujung kuartal ketiga tahun ini atau awal pekan ini, Senin (30/9/2019). IHSG mengakhiri perdagangan dengan kehilangan 27 poin atau 0,45% pada level 6.169,10.

Data perdagangan mencatat, pasar hari ini terlihat ramai dengan volume yang tercipta mencapai Rp 8,71 triliun, lebih tinggi dibandingkan nilai transaksi yang tercipta kemarin yang hanya Rp 6,93 triliun.

Meski lebih ramai, IHSG kembali terjebak dalam fluktuasi pergerakan harga yang sempit, di mana rentang perdagangan hari ini kurang dari 50 poin.

Secara teknikal, IHSG terlihat kembali dalam tekanan karena bergerak di bawah rata-rata nilainya selama lima hari terakhir (moving average/MA5).

Selain itu, IHSG belum menyentuh titik jenuh jualnya (oversold), menurut indikator teknikal Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum kejenuhan pergerakan suatu pasar.

Hold_HOLDSumber: Refinitiv

Tanda-tanda pelemahan IHSG mulai terlihat ketika dibuka dengan koreksi 0,11% karena investor melanjutkan aksi ambil untung (profit taking) yang terjadi pada akhir minggu lalu.

Per akhir sesi satu, koreksi IHSG sudah mencapai 0,58% diperdagangkan pada level 6.161,27.

Memasuki sesi kedua, IHSG bergerak menyamping di zona merah karena minimnya sentimen positif dari dalam maupun global. Aksi mahasiswa dari berbagai elemen massa kembali berdemo membuat investor cenderung menahan diri kembali ke pasar saham, dan untuk sementara keluar sembari menunggu tensi mereda.

Dari sisi global, IHSG tidak melemah sendirian karena bursa utama Asia juga cenderung terkoreksi: Indeks Nikkei jatuh 0,56%, indeks Hang Seng menguat 0,53%, indeks Straits Times terkoreksi 0,18%, dan indeks Shanghai juga turun 0,89%.

Memerahnya bursa Asia tidak lepas dari hubungan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Seperti diketahui perundingan dagang kedua negara akan dilangsungkan di Washington pada 10-11 Oktober nanti.

Sempat beredar kabar bahwa AS bakal melakukan langkah kontroversial. Pemerintahan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengusir perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa saham New York (Wall Street). Berita ini membuat investor kelabakan, karena berisiko mengganggu proses menuju damai dagang.

Akan tetapi, hadir kabar yang melegakan. Bloomberg melaporkan, sebagaimana diberitakan oleh Reuters, Kementerian Keuangan AS membantah bahwa pemerintah bakal melakukan forced delisting terhadap emiten Negeri Tirai Bambu.

"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," kata Monica Crowley, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(yam/tas) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular