RI Dikepung Demo Lagi, Rupiah Putar Balik ke Zona Merah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 September 2019 17:46
RI Dikepung Demo Lagi, Rupiah Putar Balik ke Zona Merah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Senin (30/9/19) setelah membukukan pelemahan 2 pekan beruntun pada minggu lalu.

Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan di level Rp 14.190/US$, atau melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rupiah sebenarnya membuka perdagangan hari ini di zona hijau, menguat 0,07% di level Rp 14.150/US$. Tetapi penguatan tidak berlangsung lama, rupiah langsung putar balik ke zona kurang dari satu jam setelah perdagangan dibuka.





Depresiasi rupiah terus berlanjut dan semakin terakselerasi menjelang penutupan perdagangan terakhir di bulan September, atau terakhir di kuartal III-2019.

Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini, kecuali won Korea Selatan yang menguat 0,35% dan baht Thailand dengan penguatan 0,07% hingga pukul 16:00 WIB.

Rupee India menjadi mata uang dengan kinerja terburuk pada hari ini setelah melemah 0,34%, disusul yuan China 0,24%, dan rupiah melengkapi tiga besar terburuk hari ini.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.



BERLANJUT KE HALAMAN 2: Ada demonstrasi lagi, investor wait and see

Kabar bagus dari AS-China belum mampu mendongkrak kepercayaan para investor untuk berinvestasi di RI akibat situasi dalam negeri yang kurang kondusif. Para pelaku pasar melakukan aksi wait and see

Seperti diketahui sebelumnya perundingan dagang AS-China akan dilangsungkan di Washington pada 10-11 Oktober nanti. Ini merupakan perundingan tingkat tinggi, delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara AS akan dikomandoi oleh Kepala Kantor Perwakilan Dagang Robert Lighthizer.

Harapan akan adanya damai dagang dua raksasa ekonomi ini terus membuncah setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang bisa terjadi lebih cepat dibandingkan prediksi pelaku pasar. 

Di luar perundingan dagang tersebut, sempat beredar berita bahwa AS bakal melakukan langkah kontroversial. Pemerintahan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengusir perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa saham New York (Wall Street). Berita ini membuat investor kelabakan, karena berisiko mengganggu proses menuju damai dagang.


Akan tetapi, hadir kabar yang melegakan. Bloomberg melaporkan, sebagaimana diberitakan oleh Reuters, Kementerian Keuangan AS membantah bahwa pemerintah bakal melakukan forced delisting terhadap emiten Negeri Tirai Bambu.

"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," kata Monica Crowley, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS.

Asa menuju damai AS-China kembali membahana. Kini investor berharap pertemuan 10-11 Oktober nanti menelurkan hasil positif untuk mengakhiri perang dagang yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun.

Ada Demo Lagi Hari Ini, Rupiah Putar Balik ke Zona MerahFoto: Sejumlah Pelajar yang anarkis bentrok dengan aparat kepolisian di Sekiat Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (25/9/2019). (CNBC indonesia/Tri Susilo)


Kabar bagus dari eksternal tidak dibarengi dengan internal. Demonstrasi yang kembali berlangsung di depan gedung DPR, aksi masa yang kali ini sama dengan pekan lalu, ketika berakhir ricuh. 

Hari ini, 30 September 2019, adalah hari terakhir masa bakti DPR periode 2014-2019. Besok, 1 Oktober, akan dilantik para anggota DPR periode 2019-2024. Sidang paripurna pamungkas DPR 2014-2019 akan dijadikan momentum bagi mahasiswa dan berbagai elemen massa untuk menyuarakan berbagai tuntutan mereka. Isu yang dibawa masih sama yaitu penolakan terhadap pelemahan KPK dan RKUHP.


Seperti pekan lalu, gelombang demonstrasi bisa membuat pelaku pasar memilih wait and see. Situasi yang masih agak panas membuat investor cenderung menahan diri, dan keluar untuk sementara sembari menunggu tensi mereda.

Selain itu hari ini merupakan akhir dari kuartal III-2019, sehingga kebutuhan valas dari dalam negeri khususnya korporasi sedang tinggi karena adanya pembayaran impor, utang, dividen, dan sebagainya.

Kebutuhan valas yang tinggi ini tentu akan menekan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar perlu mewaspadai risiko tekanan ini. Akibatnya tidak bisa dihindari, rupiah harus melemah lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular