Laba TINS Cuma Tumbuh 20%, Saat Pendapatan Naik 2 Kali Lipat

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 September 2019 11:43
Padahal pendapatan perseroan tumbuh lebih dari dua kali lipat.
Foto: Tambang PT Timah di Pemali, Pulau Bangka (REUTERS/Fransiska Nangoy)
Jakarta, CNBC Indonesia -  Kinerja laba bersih PT Timah Tbk, anak usaha Mind ID, tercatat hanya tumbuh 20% pada semester I-2019. Padahal pendapatan perseroan tumbuh lebih dari dua kali lipat.

Capaian ini berbanding terbalik dengan kinerja kuartal I-2019, di mana perusahaan berhasil mencatatkan kenaikan laba hingga 452,31% YoY dengan total penjualan tumbuh 119,19% YoY. Ini terlihat dari laporan keuangan perseroan yang baru saja dipublikasi setelah melakukan penelahaan terbatas (limited review).

Sepanjang semester I-2019, total penjualan TINS meroket 120,54% YoY menjadi Rp 9,65 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,38 triliun.

Total pemasukan perusahaan naik signifikan seiring dengan melesatnya penjualan lini usaha utama, yakni logam timah dan tin solder yang naik 127,72% menjadi Rp 8,91 triliun dibandingkan capaian semester I-2018 yang ada di Rp 3,91 triliun.

Sebenarnya, harga timah dunia di pasar spot secara year to date tercatat turun 11,3% sepanjang paruh pertama tahun ini.

Namun patut disayangkan perolehan fantastis tersebut belum mampu mendongkrak pos laba bersih perusahaan untuk mencatatkan kinerja serupa. Hingga akhir Juni 2019, laba bersih yang dikantongi TINS hanya tumbuh 20,66% menjadi Rp 2015,29 miliar, dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 170,14 miliar.

Pertumbuhan pos laba bersih tidak secantik pos pemasukan dikarenakan beban pokok pendapatan, terutama biaya bahan baku dan jasa pihak ketiga, serta beban keuangan membukukan kenaikan biaya yang melebihi kenaikan pendapatan.

Pada paruh pertama 2019, beban pokok pendapatan mencatatkan kenaikan 138,66% YoY menjadi Rp 8,84 triliun atau setara 91,53% dari total pendapatan. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, proporsi beban pokok pendapatan hanya 84,58%.

Peningkatan pada pos beban pokok pendapatan disebabkan meroketnya biaya bahan baku bijih timah dan jasa pihak ketiga yang masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 260,61% YoY dan 842,1% YoY.

Kenaikan porsi beban pokok tersebut mengakibatkan TINS hanya berhasil membukukan pertumbuhan laba kotor senilai 21,14% YoY menjadi Rp 817,53 miliar dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu yang ada di RP 674,84 miliar.

Lebih lanjut, kinerja bottom line (laba bersih) perusahaan semakin tertekan dari tingginya beban keuangan obligasi dan pinjaman yang meningkat 163,38% secara tahunan, dari Rp 124,7 miliar menjadi Rp 328,43 miliar.

Peningkatan beban keuangan secara tidak langsung merupakan cerminan dari kenaikan jumlah utang jangka pendek yang dicatatkan oleh TINS.

Hanya dalam kurun waktu 6 bulan, jumlah pinjaman bank jangka pendek perusahaan melesat 91,85% menjadi Rp 8,91 triliun dari posisi akhir Desember 2018 yang sebesar Rp 4,64 triliun.

Merespon kinerja kuartal I-2019 tersebut, saham produsen timah pelat merah, PT Timah Tbk (TINS), masuk dalam jajaran top losers pada perdagangan hari ini (30/9/2019). Pada pukul 11:16 WIB harga saham perusahaan melemah 2,99% menjadi Rp 975/unit saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 34,95 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article PT Timah Genjot Kinerja, Analis: Investor Nantikan RUPSLB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular