Miris! Mata Uang Tetangga Menguat, Rupiah Terlemah di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 September 2019 08:52
Dolar AS Memang Masih Punya Energi
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Rupiah melemah melawan dolar AS seiring dengan greenback yang memang memiliki energi untuk menguat. Kemarin (26/9/2019), pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal II-2019 diumumkan di level 2% (QoQ annualized), sama dengan pembacaan kedua dan dengan konsensus, seperti dilansir dari Forex Factory.

Untuk diketahui, pada pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi AS diumumkan berada di level 2,1%, sebelum kemudian direvisi menjadi 2% pada pembacaan kedua.

Pertumbuhan ekonomi AS yang ternyata tak kembali direvisi turun pada pembacaan final lantas memantik kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan memangkas tingkat suku bunga acuan dengan agresif di masa depan. Apalagi, nada hawkish memang sebelumnya sudah terlontar dari mulut pejabat The Fed.

Sekedar mengingatkan, pada pekan lalu The Fed mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke rentang 1,75%-2%, menandai pemangkasan kedua di tahun ini pasca sebelumnya The Fed juga mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli.

Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian AS, serta rendahnya tekanan inflasi.

Namun, ada nada hawkish yang dilontarkan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed pada saat konferensi pers. Walau menyebut bahwa pihaknya akan melakukan hal yang diperlukan guna mempertahankan ekspansi ekonomi, Powell menilai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli dan pekan lalu sebagai “penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment” dan bukan merupakan strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan lebih rendah lagi.

Pernyataan tersebut lantas menegaskan komentar Powell di bulan Juli bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

“Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif,” kata Powell pada bulan Juli silam, dilansir dari CNBC International.

“Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat.”

Seiring dengan timbulnya kekhawatiran bahwa The Fed akan bertindak hawkish, dolar AS praktis mendapatkan energi untuk menguat dan rupiah menjadi salah satu korbannya.

Lebih lanjut, pelaku pasar nampak bermain aman sembari mencermati kondisi politik di tanah air yang belakangan memanas, seiring dengan penolakan atas berbagai rancangan undang-undang (RUU) yang dianggap kontroversial.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular