
Meski IHSG Hijau, Asing Masih Grogi & Tetap Memilih Keluar
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 September 2019 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada menit-menit terakhir penutupan perdagangan hari ini (25/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil keluar dari perangkap zona merah dengan mencatatkan penguatan 0,14% ke level 6.146,4.
Namun, sayangnya investor asing tetap membukukan rapor merah dengan kembali mencatatkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 769.23 miliar. Ini berarti, selama 10 hari berturut-turut para investor asing memilih kabur dari pasar saham Ibu Pertiwi.
Saham-saham yang paling banyak diobral oleh pelaku pasar asing termasuk PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 243,37 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 142,75 miliar), PT Tridomain Performance Materials Tbk/TDPM (Rp 66,21 miliar), PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk/BIPI (Rp 54 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 44.61 mililar)
Ketidakpastian kondisi politik Ibu Pertiwi ditambah dengan keresahan dari situas politik global menjadi momok yang menyebabkan pelaku pasar kabur dari pasar saham Tanah Air.
Sejak Senin (23/9/2019) ratusan ribu mahasiswa menggelar aksi demo untuk menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pemasyarakatan, RUU Pertanahan, dan RUU Ketenagakerjaan. Mahasiswa juga menolak pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Direktur Utama PT BNI Asset Management Reita Farianti mengatakan aksi unjuk rasa yang menolak pengesahan beberapa RUU kontroversial yang berlangsung selama 2 hari berturut-turut meningkatkan risiko politik dan keamanan Indonesia. Kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan asing untuk menanamkan dananya di dalam negeri.
"Memang benar dengan meningkatnya risiko politik dan keamanan Indonesia maka mendorong asing keluar dari Indonesia," kata Reita kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/9/2019).
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan alasan yang sama juga turut menekan nilai tukar rupiah.
"Rupiah melemah ke Rp 14.135/US$, kemarin sudah anteng di Rp 14.080/US$, tapi gabungan global, concern domestik, demo-demo yang kita lihat dua hari ini kok terus berlangsung menimbulkan guncangan jittery di pasar keuangan kita," kata Destry di Gedung BEI, Rabu (25/9/2019).
Dengan demikian, wajar saja jika investor asing serentak pergi dari pasar keuangan Tanah Air karena dengan kondisi rupiah yang melemah tentu akan mengikis imbal hasil yang dikantongi investor.
Destry juga menambahkan bahwa kecemasan pelaku pasar diperparah oleh kondisi politik global di Amerika Serikat (AS).
"Ke depan itu kondisi global masih tinggi, kita tahu trade war makin lama dampaknya makin meluas, kemudian juga geopolitik juga sangat tidak bagus saat ini," katanya.
"Kemarin ada berita di AS, ada upaya impeach Trump, itu mengubah kondisi market AS, jadi kalau kita lihat bond yield US turun jadi 1,6 karena ada ketidakpastian global."
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.
"Tindakan Presiden Trump mengungkapkan fakta yang tidak terhormat dari pengkhianatan presiden atas sumpah jabatannya, pengkhianatan terhadap keamanan nasional kita dan pengkhianatan integritas pemilu kita," kata Pelosi dalam sambutannya kepada negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Bertahan di Bullish Channel, IHSG Siap Pecah Rekor Lagi?
Namun, sayangnya investor asing tetap membukukan rapor merah dengan kembali mencatatkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 769.23 miliar. Ini berarti, selama 10 hari berturut-turut para investor asing memilih kabur dari pasar saham Ibu Pertiwi.
Ketidakpastian kondisi politik Ibu Pertiwi ditambah dengan keresahan dari situas politik global menjadi momok yang menyebabkan pelaku pasar kabur dari pasar saham Tanah Air.
Sejak Senin (23/9/2019) ratusan ribu mahasiswa menggelar aksi demo untuk menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pemasyarakatan, RUU Pertanahan, dan RUU Ketenagakerjaan. Mahasiswa juga menolak pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Direktur Utama PT BNI Asset Management Reita Farianti mengatakan aksi unjuk rasa yang menolak pengesahan beberapa RUU kontroversial yang berlangsung selama 2 hari berturut-turut meningkatkan risiko politik dan keamanan Indonesia. Kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan asing untuk menanamkan dananya di dalam negeri.
"Memang benar dengan meningkatnya risiko politik dan keamanan Indonesia maka mendorong asing keluar dari Indonesia," kata Reita kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/9/2019).
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan alasan yang sama juga turut menekan nilai tukar rupiah.
"Rupiah melemah ke Rp 14.135/US$, kemarin sudah anteng di Rp 14.080/US$, tapi gabungan global, concern domestik, demo-demo yang kita lihat dua hari ini kok terus berlangsung menimbulkan guncangan jittery di pasar keuangan kita," kata Destry di Gedung BEI, Rabu (25/9/2019).
Dengan demikian, wajar saja jika investor asing serentak pergi dari pasar keuangan Tanah Air karena dengan kondisi rupiah yang melemah tentu akan mengikis imbal hasil yang dikantongi investor.
Destry juga menambahkan bahwa kecemasan pelaku pasar diperparah oleh kondisi politik global di Amerika Serikat (AS).
"Ke depan itu kondisi global masih tinggi, kita tahu trade war makin lama dampaknya makin meluas, kemudian juga geopolitik juga sangat tidak bagus saat ini," katanya.
"Kemarin ada berita di AS, ada upaya impeach Trump, itu mengubah kondisi market AS, jadi kalau kita lihat bond yield US turun jadi 1,6 karena ada ketidakpastian global."
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.
"Tindakan Presiden Trump mengungkapkan fakta yang tidak terhormat dari pengkhianatan presiden atas sumpah jabatannya, pengkhianatan terhadap keamanan nasional kita dan pengkhianatan integritas pemilu kita," kata Pelosi dalam sambutannya kepada negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Bertahan di Bullish Channel, IHSG Siap Pecah Rekor Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular