
Dana Asing Banyak Keluar, Begini Respons Pelaku Pasar
Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 September 2019 15:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing masih memilih untuk menarik investasinya di pasar ekuitas Indonesia selama beberapa hari terakhir. Tim Riset CNBC Indonesia, dalam catatannya, menilai jika hingga akhir perdagangan kondisi net sell ini bertahan, berarti selama 10 hari berturut-turut para investor asing mencatatkan net sell di pasar reguler.
Satu jam sebelum tutup perdagangan sesi II hari ini, tercatat aksi jual (net sell) asing sudah mencapai Rp 520,09 miliar. Sedang satu bulan terakhir net sell nilainya sudah mencapai Rp 7,32 triliun.
Apakah asing masih akan kembali membanjiri pasar Indonesia? Apa pertimbangannya?
Direktur Utama PT Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengatakan saat ini investor asing masih menahan diri untuk masuk lagi ke investasi portofolio dalam negeri hingga pemerintahan kembali berjalan seperti biasa.
"Hanya bagi orang akan invest akan menahan diri terlebih dahulu. Menahan diri saja atau berjaga jaga untuk sementara," kata Hanif kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/9/2019).
Senada dengan itu, Direktur Utama PT Samuel Asset Management Agus Basuki Yanuar mengemukakan terdapat dia jenis investor yang masuk ke pasar saham, yakni tipe menunggu kepastian baru kembali masuk atau masuk ketika pasar sudah mulai terkoreksi.
Investor yang menunggu biasanya cenderung menantikan kepastian meredanya se dari negara tujuan investasi. Seperti hal yang terjadi di Indonesia saat ini ketika adanya ketegangan akibat tak akurnya masyarakat dengan parlemen yang menjabat saat ini.
"Ada juga investor yang tetap akumulasi dengan pertimbangan harganya ter-discount. Bahkan di tahun 1998 dan 2008 saat pasar terkoreksi, para investor jangka panjang tetap mengakumulasi efek yang dalam daftar pembelian mereka, karena bisa dapat volume yang besar dengan harga lebih menarik," jelas dia.
Kenapa investor asing masih memilih Indonesia sebagai negara tujuan investasinya?
Salah satu pertimbangan investor dalam menanamkan dananya di sebuah negara adalah potensi pertumbuhan ekonomi. Karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pertumbuhan laba emiten di pasar modal.
Reita Farianti, Direktur Utama PT BNI Asset Management mengatakan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yg relatif tinggi bila dibandingkan negara negara yg sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Faktor selanjutnya adalah perbaikan makro ekonomi dan ketahanan ekonomi eksternal. Karena hal ini akan terkait dengan ketahanan mata uang.
"Saat ini, Indonesia sudah menunjukkan perbaikan makro ekonomi dan daya tahan ekonomi eksternal yang lebih baik. Dari tingkat inflasi yang rendah, risiko fiskal terus dijaga dengan baik dimana Pemerintah terus berupaya menjaga defisit fiskal dan alokasi penggunaan anggaran negara yg lebih baik ke sektor produktif," jelas Reita.
Stabilitas sosial dan politik serta kepastian hukum juga menjadi pertimbangan investor. Tingkat stabilitas politik sangat mempengaruhi investor asing berinvestasi di Indonesia, untuk memastikan dana investasi mereka bisa kembali.
(hps/hps) Next Article Lautan Demo, Investor Asing Bawa Kabur Rp 7 T
Satu jam sebelum tutup perdagangan sesi II hari ini, tercatat aksi jual (net sell) asing sudah mencapai Rp 520,09 miliar. Sedang satu bulan terakhir net sell nilainya sudah mencapai Rp 7,32 triliun.
Apakah asing masih akan kembali membanjiri pasar Indonesia? Apa pertimbangannya?
Direktur Utama PT Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengatakan saat ini investor asing masih menahan diri untuk masuk lagi ke investasi portofolio dalam negeri hingga pemerintahan kembali berjalan seperti biasa.
Senada dengan itu, Direktur Utama PT Samuel Asset Management Agus Basuki Yanuar mengemukakan terdapat dia jenis investor yang masuk ke pasar saham, yakni tipe menunggu kepastian baru kembali masuk atau masuk ketika pasar sudah mulai terkoreksi.
Investor yang menunggu biasanya cenderung menantikan kepastian meredanya se dari negara tujuan investasi. Seperti hal yang terjadi di Indonesia saat ini ketika adanya ketegangan akibat tak akurnya masyarakat dengan parlemen yang menjabat saat ini.
"Ada juga investor yang tetap akumulasi dengan pertimbangan harganya ter-discount. Bahkan di tahun 1998 dan 2008 saat pasar terkoreksi, para investor jangka panjang tetap mengakumulasi efek yang dalam daftar pembelian mereka, karena bisa dapat volume yang besar dengan harga lebih menarik," jelas dia.
Kenapa investor asing masih memilih Indonesia sebagai negara tujuan investasinya?
Salah satu pertimbangan investor dalam menanamkan dananya di sebuah negara adalah potensi pertumbuhan ekonomi. Karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pertumbuhan laba emiten di pasar modal.
Reita Farianti, Direktur Utama PT BNI Asset Management mengatakan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yg relatif tinggi bila dibandingkan negara negara yg sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Faktor selanjutnya adalah perbaikan makro ekonomi dan ketahanan ekonomi eksternal. Karena hal ini akan terkait dengan ketahanan mata uang.
"Saat ini, Indonesia sudah menunjukkan perbaikan makro ekonomi dan daya tahan ekonomi eksternal yang lebih baik. Dari tingkat inflasi yang rendah, risiko fiskal terus dijaga dengan baik dimana Pemerintah terus berupaya menjaga defisit fiskal dan alokasi penggunaan anggaran negara yg lebih baik ke sektor produktif," jelas Reita.
Stabilitas sosial dan politik serta kepastian hukum juga menjadi pertimbangan investor. Tingkat stabilitas politik sangat mempengaruhi investor asing berinvestasi di Indonesia, untuk memastikan dana investasi mereka bisa kembali.
(hps/hps) Next Article Lautan Demo, Investor Asing Bawa Kabur Rp 7 T
Most Popular