
Dolar KO 'Dikeroyok' di Asia, Rupiah Cuma Menguat Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2019 17:22

Sejak Kamis kemarin dolar AS tidak bertenaga, padahal di perdagangan Rabu sedang perkasa setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga tapi tidak bersikap kalem (dovish).
The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%. Tapi tidak semua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang mendapat jatah voting suku bunga memilih pemangkasan 25 bps.
Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps.
Bahkan untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting.
Berdasarkan Fed dot plot Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
Namun, pada Kamis kemarin dolar AS berbalik loyo setelah beberapa bank sentral di negara lain tidak mengikuti langkah The Fed memangkas suku bunga.
Kamis kemarin ada tiga bank sentral utama yang mengumumkan suku bunga, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Ketiga bank tersebut kompak mempertahankan kebijakan moneternya, yang membuat mata uang masing-masing menguat melawan dolar AS. BoJ mengumumkan mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1% dan mengarahkan yield obligasi 10 tahun ke kisaran 0%.
Meski demikian, bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut membuka peluang untuk merubah kebijakannya (ke arah lebih longgar) pada bulan depan.
SNB juga sama tetap mempertahankan suku bunga acuannya -0,75%, begitu juga dengan BoE yang mempertahankan suku bunganya 0,75%. Dua bank sentral ini belum mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga.
Akibat perbedaan kebijakan moneter, spread suku bunga di AS dan negara-negara tersebut tentunya menyempit, dan membuat dolar tertekan. Apalagi kondisi finansial global yang stabil membuat pelaku pasar kembali mengalirkan modal ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi.
Hal tersebut membuat dolar AS terus tertekan. Kamis kemarin, indeks dolar melemah 0,33%, dan berlanjut hingga hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/tas)
The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%. Tapi tidak semua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang mendapat jatah voting suku bunga memilih pemangkasan 25 bps.
Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps.
Berdasarkan Fed dot plot Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
Namun, pada Kamis kemarin dolar AS berbalik loyo setelah beberapa bank sentral di negara lain tidak mengikuti langkah The Fed memangkas suku bunga.
Kamis kemarin ada tiga bank sentral utama yang mengumumkan suku bunga, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Ketiga bank tersebut kompak mempertahankan kebijakan moneternya, yang membuat mata uang masing-masing menguat melawan dolar AS. BoJ mengumumkan mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1% dan mengarahkan yield obligasi 10 tahun ke kisaran 0%.
Meski demikian, bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut membuka peluang untuk merubah kebijakannya (ke arah lebih longgar) pada bulan depan.
SNB juga sama tetap mempertahankan suku bunga acuannya -0,75%, begitu juga dengan BoE yang mempertahankan suku bunganya 0,75%. Dua bank sentral ini belum mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga.
Akibat perbedaan kebijakan moneter, spread suku bunga di AS dan negara-negara tersebut tentunya menyempit, dan membuat dolar tertekan. Apalagi kondisi finansial global yang stabil membuat pelaku pasar kembali mengalirkan modal ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi.
Hal tersebut membuat dolar AS terus tertekan. Kamis kemarin, indeks dolar melemah 0,33%, dan berlanjut hingga hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular