
Internasional
Trump: Opsi Pilihan AS Bisa Saja Perang Dengan Iran
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 September 2019 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia bisa saja mengambil langkah perang dengan Iran. Hal itu diungkapkannya kepada wartawan di Los Angeles, Rabu (19/9/2019).
"Ada banyak pilihan. Ada opsi pamungkas dan ada opsi yang jauh lebih ringan dari itu. Dan kita akan lihat. Saya mengatakan opsi pamungkas (itu) artinya pergi berperang," katanya sebagaimana dikutip dari Reuters.
Bila langkah ini memang dipilih AS, dipastikan harga minyak bakal melompat signifikan. Sebagaimana dilansir CNBC International, minyak Brent yang rentan pada kondisi Teluk, bisa menembus US$ 100 per barel.
"Jika ini meningkat menjadi perang, anda akan melihat minyak US$ 100 per barel," kata analis lain John Kilduff dari Again Capital.
Sementara itu melalui akun Twitternya, Trump memerintahkan Departemen Keuangan AS untuk secara substansial meningkatkan sanksi terhadap Iran. Ia juga mengatakan kepada wartawan bahwa sanksi ekonomi dan sanksi lainnya akan diumumkan dalam waktu 48 jam ke depan.
Kepada Menteri Luar Negerinya, Mike Pompeo, yang sedang melakukan kunjungan ke Arab Saudi, Trump memperingatkan untuk berhati-hati. Ia mengatakan serangan itu sebagai "tindakan perang" terhadap kerajaan, yang merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia.
Sementara itu, Pompeo mengatakan serangan itu akan menjadi fokus utama pertemuan Majelis Umum PBB minggu depan dan menyarankan Arab Saudi untuk membahas kasusnya di sana.
"Itu adalah tindakan perang terhadap mereka secara langsung, dan saya yakin mereka akan melakukan itu," katanya kepada wartawan sebelum bertemu dengan putra mahkota Saudi. Setelahnya, Departemen Luar Negeri AS memposting di Twitter bahwa AS mendukung hak Arab Saudi untuk mempertahankan diri.
"Kedua pejabat sepakat bahwa rezim Iran harus bertanggung jawab atas kelakuannya agresif, ceroboh, dan mengancam," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan setelah para pejabat itu mengadakan pembicaraan.
Serangan pada 14 September itu merusak fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia dan sempat mengganggu setengah dari produksi Saudi. Ini jelas mengkhawatirkan mengingat Arab Saudi adalah eksportir minyak terkemuka dunia.
Pada Rabu, kelompok Houthi di Yaman, yang merupakan aliansi Iran, mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. Mereka mengatakan serangan itu diluncurkan dari tiga lokasi di Yaman dan telah menargetkan puluhan lokasi lainnya di Uni Emirat Arab.
Namun, Arab Saudi menentang pernyataan itu, mengatakan serangan memang didukung oleh Iran tetapi tidak diluncurkan dari Yaman. Itu diumumkan setelah pihaknya memeriksa puing-puing drone di lokasi serangan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Turki al-Malki mengatakan pada konferensi pers bahwa ada sebanyak 25 drone yang digunakan dalam serangan.
Iran dengan tegas menyangkal melakukan serangan tersebut. "Mereka ingin memaksakan tekanan maksimum pada Iran melalui fitnah. Kami tidak ingin konflik di kawasan ... Siapa yang memulai konflik?" kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
(sef/sef) Next Article Harga Minyak Bisa "Gila" Jika AS-Iran Naikan Tensi Militer
"Ada banyak pilihan. Ada opsi pamungkas dan ada opsi yang jauh lebih ringan dari itu. Dan kita akan lihat. Saya mengatakan opsi pamungkas (itu) artinya pergi berperang," katanya sebagaimana dikutip dari Reuters.
Bila langkah ini memang dipilih AS, dipastikan harga minyak bakal melompat signifikan. Sebagaimana dilansir CNBC International, minyak Brent yang rentan pada kondisi Teluk, bisa menembus US$ 100 per barel.
"Jika ini meningkat menjadi perang, anda akan melihat minyak US$ 100 per barel," kata analis lain John Kilduff dari Again Capital.
Sementara itu melalui akun Twitternya, Trump memerintahkan Departemen Keuangan AS untuk secara substansial meningkatkan sanksi terhadap Iran. Ia juga mengatakan kepada wartawan bahwa sanksi ekonomi dan sanksi lainnya akan diumumkan dalam waktu 48 jam ke depan.
Kepada Menteri Luar Negerinya, Mike Pompeo, yang sedang melakukan kunjungan ke Arab Saudi, Trump memperingatkan untuk berhati-hati. Ia mengatakan serangan itu sebagai "tindakan perang" terhadap kerajaan, yang merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia.
Sementara itu, Pompeo mengatakan serangan itu akan menjadi fokus utama pertemuan Majelis Umum PBB minggu depan dan menyarankan Arab Saudi untuk membahas kasusnya di sana.
"Itu adalah tindakan perang terhadap mereka secara langsung, dan saya yakin mereka akan melakukan itu," katanya kepada wartawan sebelum bertemu dengan putra mahkota Saudi. Setelahnya, Departemen Luar Negeri AS memposting di Twitter bahwa AS mendukung hak Arab Saudi untuk mempertahankan diri.
"Kedua pejabat sepakat bahwa rezim Iran harus bertanggung jawab atas kelakuannya agresif, ceroboh, dan mengancam," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan setelah para pejabat itu mengadakan pembicaraan.
Serangan pada 14 September itu merusak fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia dan sempat mengganggu setengah dari produksi Saudi. Ini jelas mengkhawatirkan mengingat Arab Saudi adalah eksportir minyak terkemuka dunia.
Pada Rabu, kelompok Houthi di Yaman, yang merupakan aliansi Iran, mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. Mereka mengatakan serangan itu diluncurkan dari tiga lokasi di Yaman dan telah menargetkan puluhan lokasi lainnya di Uni Emirat Arab.
Namun, Arab Saudi menentang pernyataan itu, mengatakan serangan memang didukung oleh Iran tetapi tidak diluncurkan dari Yaman. Itu diumumkan setelah pihaknya memeriksa puing-puing drone di lokasi serangan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Turki al-Malki mengatakan pada konferensi pers bahwa ada sebanyak 25 drone yang digunakan dalam serangan.
Iran dengan tegas menyangkal melakukan serangan tersebut. "Mereka ingin memaksakan tekanan maksimum pada Iran melalui fitnah. Kami tidak ingin konflik di kawasan ... Siapa yang memulai konflik?" kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
(sef/sef) Next Article Harga Minyak Bisa "Gila" Jika AS-Iran Naikan Tensi Militer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular