Menguat 1,96%, Harga Batu Bara Masih Bisa Naik Minggu Ini
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 September 2019 17:31
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle ditutup menguat 1,96% ke US$ 69,25/ton pada Jumat (13/9/2019) minggu lalu dibandingkan periode perdagangan sebelumnya (12/9/2019). Harga batu bara dinilai masih dapat merangkak naik lagi di minggu ini.
Kenaikan harga batu bara acuan ICE Newcastle Jumat minggu lalu membawanya menyentuh level tertinggi sejak 27 Agustus 2019. Secara mingguan, performa harga batu bara cenderung mengalami kenaikan 3,4%. Secara bulanan harga batu bara acuan juga terbilang rebound dengan reli sebesar 5,8% sejak 16 Agustus lalu.
Harga batu bara acuan masih diprediksi merangkak naik. Permintaan yang kuat datang dari Asia terutama China dan Korea yang sedang memasuki fase cuaca yang sangat panas minggu ini. Impor batu bara Korea Selatan pada Agustus tahun ini tercatat naik 14,6% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 12,64 juta ton.
Peningkatan temperatur di negara-negara tersebut membuat penggunaan pendingin ruangan juga meningkat. Meningkatnya penggunaan pendingin ruangan juga menunjukkan kebutuhan akan listrik yang meningkat. Harap dicatat, pembangkit listrik di kawasan Asia masih banyak menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Peningkatan permintaan tersebut juga masih dibarengi dengan menurunnya stok batu bara di berbagai pembangkit listrik di China & India.
Indonesia sebagai negara pengekspor batu bara perlu benar-benar mengawasi produksi batu bara agar tidak terjadi oversupply yang bisa mengerek turun harga batu bara. Target produksi batu bara Indonesia tahun 2019 mencapai 489,73 ton. Realisasi produksi hingga semester I 2019 mencapai 167,63 juta ton (34,23%) dari target per 17 Juni 2019.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(taa/taa) Next Article Perdagangan Perdana 2021, Harga Batu Bara Turun Tipis
Kenaikan harga batu bara acuan ICE Newcastle Jumat minggu lalu membawanya menyentuh level tertinggi sejak 27 Agustus 2019. Secara mingguan, performa harga batu bara cenderung mengalami kenaikan 3,4%. Secara bulanan harga batu bara acuan juga terbilang rebound dengan reli sebesar 5,8% sejak 16 Agustus lalu.
Peningkatan temperatur di negara-negara tersebut membuat penggunaan pendingin ruangan juga meningkat. Meningkatnya penggunaan pendingin ruangan juga menunjukkan kebutuhan akan listrik yang meningkat. Harap dicatat, pembangkit listrik di kawasan Asia masih banyak menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Peningkatan permintaan tersebut juga masih dibarengi dengan menurunnya stok batu bara di berbagai pembangkit listrik di China & India.
Indonesia sebagai negara pengekspor batu bara perlu benar-benar mengawasi produksi batu bara agar tidak terjadi oversupply yang bisa mengerek turun harga batu bara. Target produksi batu bara Indonesia tahun 2019 mencapai 489,73 ton. Realisasi produksi hingga semester I 2019 mencapai 167,63 juta ton (34,23%) dari target per 17 Juni 2019.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(taa/taa) Next Article Perdagangan Perdana 2021, Harga Batu Bara Turun Tipis
Most Popular