Timur Tengah Panas, Dolar AS Tembus Rp 14.000 Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 September 2019 08:41
Kenaikan Harga Minyak Bebani Rupiah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Serangan terhadap fasilitas Saudi Aramco membuat harga minyak melonjak. Pada pukul 08:23 WIB, harga minyak jenisĀ brent andĀ light sweet meroket masing-masing 11,49% dan 10,46%.

Bukan apa-apa, fasilitas yang diserang adalah kunci karena menghasilkan 5,7 juta barel/hari. Itu sekitar separuh dari total produksi Arab Saudi.

Menurut seorang sumber, kapasitas produksi sulit untuk kembali optimal dalam waktu dekat. "Untuk kembali ke kapasitas penuh butuh waktu hitungan minggu, bukan hari," ujar seorang sumber, dikutip dari Reuters.


Kenaikan harga minyak juga membawa sentimen negatif bagi rupiah. Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor karena produksi dalam negeri belum memadai.

Sepanjang Januari-Juli, ekspor migas Indonesia tercatat US$ 1,6 miliar sementara impornya US$ 1,75 miliar. Tekor US$ 150 juta. Jadi kalau harga minyak naik, maka biaya impor migas bakal semakin mahal. Artinya akan semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk impor migas, membuat tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) meningkat.

Saat devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, maka fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh karena bergantung kepada portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi sesuka hati.

Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah. Dibayangi risiko depresiasi, rupiah tentu tidak menjadi pilihan. Investor mana yang mau mengoleksi aset yang nilainya bisa melemah sewaktu-waktu?



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular