Permintaan Bakal Naik, Harga Batu Bara Membaik
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 September 2019 13:26
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara di pasar ICE Newcastle bergerak naik. Potensi kenaikan permintaan mendongrak harga komoditas andalan ekspor Indonesia ini.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 68,2/metrik ton. Naik 0,81% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Secara mingguan, harga batu bara turun 0,3%. Namun dalam sebulan terakhir, koreksi harganya mencapai 2%.
Harga batu bara masih berpotensi untuk naik dikarenakan tiga hal. Pertama, prediksi adanya peningkatan temperatur yang melanda Jepang dan Korea.
Saat udara panas, penggunaan listrik untuk pendingin ruangan meningkat. Artinya, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik pun bertambah.
Prospek peningkatan permintaan kebetulan dibarengi oleh penurunan stok. Pada 6 September, stok batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao di China adalah 55,5 juta ton, turun dari periode yang sama tahun lalu yaitu 65,3 juta ton.
Mengutip data dari Refinitiv, impor batu bara China secara month-to-date tercatat ,2 juta ton, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 5,6 juta ton. Namun, dari Januari-Agustus 2019, total impor batu bara China naik 11% menjadi 191 juta ton dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 172 juta ton.
Impor batu bara oleh India secara month-to-date mencapai hampir 3 juta ton lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,2 juta ton. Untuk periode impor Januari-Agustus 2019, impor batu bara India mencapai 139 juta ton yang masih di kisaran sama dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 130 juta ton.
Sementara stok batu bara di pembangkit listrik di seluruh wilayah India mengalami penurunan. Per 4 September 2019, total stok adalah 20,8 juta ton, lebih rendah dari periode akhir Agustus yang mencapai 21,9 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Winter is Coming Bikin Batu Bara Catat Hat Trick
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 68,2/metrik ton. Naik 0,81% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Secara mingguan, harga batu bara turun 0,3%. Namun dalam sebulan terakhir, koreksi harganya mencapai 2%.
Harga batu bara masih berpotensi untuk naik dikarenakan tiga hal. Pertama, prediksi adanya peningkatan temperatur yang melanda Jepang dan Korea.
Saat udara panas, penggunaan listrik untuk pendingin ruangan meningkat. Artinya, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik pun bertambah.
Prospek peningkatan permintaan kebetulan dibarengi oleh penurunan stok. Pada 6 September, stok batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao di China adalah 55,5 juta ton, turun dari periode yang sama tahun lalu yaitu 65,3 juta ton.
Mengutip data dari Refinitiv, impor batu bara China secara month-to-date tercatat ,2 juta ton, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 5,6 juta ton. Namun, dari Januari-Agustus 2019, total impor batu bara China naik 11% menjadi 191 juta ton dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 172 juta ton.
Impor batu bara oleh India secara month-to-date mencapai hampir 3 juta ton lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,2 juta ton. Untuk periode impor Januari-Agustus 2019, impor batu bara India mencapai 139 juta ton yang masih di kisaran sama dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 130 juta ton.
Sementara stok batu bara di pembangkit listrik di seluruh wilayah India mengalami penurunan. Per 4 September 2019, total stok adalah 20,8 juta ton, lebih rendah dari periode akhir Agustus yang mencapai 21,9 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Winter is Coming Bikin Batu Bara Catat Hat Trick
Most Popular