
Masuk Radar BEI, Begini Kinerja Emiten Milik Gita Wirjawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham emiten pertambangan yang dimiliki oleh Gita Wirjawan, PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS), dalam pengawasan khusus setelah terjadi peningkatan harga dan aktivitas saham OKAS di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).
Data BEI mencatat, pada penutupan sesi I, Jumat ini, saham OKAS naik 1,54% di level Rp 264/saham. Namun dalam sepekan terakhir, saham OKAS meroket hingga 166,67%. Secara year to date atau sejak awal tahun, saham OKAS sudah melejit 58%.
Hari ini tak ada investor asing yang masuk ke saham ini, tapi secara year to date asing keluar tipis hanya Rp 85 juta. Artinya kebanyakan investor domestik yang membeli saham ini.
Lantas bagaimana kinerja perusahaan dalam setahun terakhir?
Hingga saat ini manajemen Ancora mengungkapkan laporan keuangan Juni 2019 masih diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Johannes Juara & Rekan. Sebab itu, yang bisa dilihat saat ini ialah laporan keuangan per Maret 2019 atau kuartal I-2019.
Per Maret 2019, penjualan OKAS naik 34,45% menjadi US$ 39,57 juta atau setara dengan Rp 558 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 29,43 juta atau sekitar Rp 415 miliar.
Namun perseroan masih merugi US$ 77.571 atau setara dengan Rp 1,09 miliar, turun 95% dari rugi sebelumnya US$ 1,53 juta atau Rp 22 miliar.
Penjualan terbesar pada 3 bulan pertama tahun ini disumbang dari barang pabrikasi amonium nitrat sebesar US$ 12,08 juta, naik dari sebelumnya US$ 7,59 juta dan barang dagangan amonium nitrat US$ 7,85 juta dari sebelumnya US$ 5,78 juta.
Jika dirinci, penjualan kepada pelanggan yang jumlah penjualan kumulatif melebihi 10% dari jumlah penjualan neto konsolidasian, maka terungkap klien terbesar Ancora yakni PT Amman Mineral Nusa Tenggara sebesar US$ 9,61 juta dari sebelumnya US$ 3,35 juta. Porsi pendapatan dari Amman naik menjadi 24% dari sebelumnya 11% dari total pendapatan.
Klien berikutnya yakni PT Pama Persada Nusantara sebesar US$ 8,18 juta atau 21%, PT Freeport Indonesia sebesar US$ 3,50 juta atau 9%, dan PT Chevron Pacific Indonesia yakni US$ 1,49 juta atau 4%.
Mengacu laporan keuangan, tahun lalu, pendapatan OKAS naik menjadi US$ 137,73 juta dari tahun 2017 yakni US$ 104,87 juta, sementara perseroan merugi US$ 5,37 juta dari tahun sebelumnya laba US$ 11,97 juta.
Per Maret 2019, saham OKAS dipegang oleh PT Multi Berkat Energi 51%, Banque Pictet and Cie SA Burgundy Assets Corp 11,04%, Romo Nitiyudo Wachjo 10,16%, UOB Kay Hian Pte Ltd 5,66%, PT Danatama Makmur Sekuritas 5,56%, dan investor publik 15,58%.
LANJUT HALAMAN 2: Kenapa Saham OKAS Kena UMA?
Jumat ini (13/9/2019), manajemen BEI memasukkan saham OKAS dalam pengawasan karena masuk kategori UMA. Namun BEI menegaskan, pengumuman UMA ini tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
"BEI telah meminta konfirmasi kepada emiten pada 12 September lalu. Sampai saat ini Bursa masih menunggu jawaban konfirmasi dari emiten terkait," kata Donni Kusuma Permana, PH Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI dan Martin Satria D. Bako, PH Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, dalam pengumuman di situs Bursa, Jumat ini.
Sehubungan dengan UMA ini, BEI juga meminta kepada para investor dan calon investor untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja emiten dan keterbukaan informasi perusahaan.
"Selain itu [investor perlu] mengkaji kembali rencana aksi korporasi emiten apabila rencana tersebut belum mendapat persetujuan RUPS, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi," tulis Donni dan Martin.
Situs resmi Ancora mencatat, perseroan didirikan pada 15 September 2003 dengan nama PT Okansa Persada dan mencatatkan saham di Bursa Efek Surabaya (kini BEI) pada 29 Maret 2006. Kegiatan usaha perseroan antara lain adalah pertambangan, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang dijalankan melalui anak perusahaan perusahaan.
Pada 19 Desember 2007, perseroan mengubah namanya menjadi PT TD Resources Tbk. Selain itu, pemegang saham pengendali perseroan juga sepakat melepaskan kepemilikan mayoritas di TD Resources kepada PT Ancora Resources (kini Multi Berkat Energi), perusahaan induk yang berinvestasi di bidang sumber daya alam di Indonesia.
Situs perusahaan mencatat, pemegang saham beneficial (terakhir) dari OKAS yakni Gita Wirjawan dan Pungki I Sampurno. Kepemilikan saham dari Menteri Perdagangan era 2011-2014 itu lewat perusahaan PT Emas Hitam Investindo yang memiliki saham di Multi Berkat Energi.
Data BEI mencatat per 31 Agustus 2019, Multi Berkah memiliki saham OKAS mencapai 52%.
(tas/hps) Next Article Gelar RUPSLB, Saham Emiten Milik Gita Wirjawan Meroket!
