XL-Tri Dikabarkan Mau Merger, Rudiantara: Emang Ada Apa?

Chantika Adinda, CNBC Indonesia
12 September 2019 17:42
Hal tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat ditanya mengenai konsolidasi antar perusahaan telekomunikasi Indonesia.
Foto: Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tidak mengetahui terkait rencana merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia). Hal tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat ditanya mengenai konsolidasi antar perusahaan telekomunikasi Indonesia.

"Emang ada apa XL (XL Axiata) dengan Tri? Belum ada," kata Rudiantara, saat ditanya soal kemungkinan dua operator tersebut merger, mengikuti rencana kerja sama bisnis Hutchinson-Axiata seperti yang tersiar awal pekan ini.

Rudiantara kembali menekankan upaya konsolidasi operator telekomunikasi seharusnya bisa jalan secara parelel dengan masalah frekuensi. "Dua-duanya harus paralel, saya sudah sampaikan, kalau masalah frekuensi, saya harus memberikan perlakuan yang fair kepada (operator) yang mau konsolidasi," kata Rudiantara.

Pemerintah, kata Rudiantara, juga ingin memberikan kepastian kepada operator bahwa dalam lima tahun frekuensi bisa diambil kembali jika operator membutuhkan.

Isu merger XL Axiata dengan Tri Indonesia mencuat awal pekan ini setelah Grup bisnis asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings Ltd dikabarkan berencana melakukan kombinasi bisnis telekomunikasi di Indonesia dengan perusahaan telekomunikasi asal Malaysia, Axiata Group Bhd.

Kabar rencana kesepakatan Hutchison dan Axiata ini disampaikan Bloomberg yang bersumber dari beberapa eksekutif yang mengetahui pembicaraan ini, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Selasa ini (10/9/2019).

Dalam informasi ini disebutkan bahwa CK Hutchison, lini bisnis telelomunikasi dari miliarder Li Ka-shing, secara informal berencana melakukan kombinasi bisnis nirkabel di Indonesia dengan unit bisnis Axiata di Indonesia yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Sayangnya, para pihak disebutkan belum memulai negosiasi secara substantif. Manajemen Hutchison juga belum menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters.

Adapun Axiata juga tidak mengkonfirmasi iya atau membantah kabar tersebut. Manajemen hanya menegaskan "Axiata mampu menciptakan peningkatan nilai dan daya tarik yang signifikan dan terbukti dalam satu tahun terakhir, kami telah menarik banyak pelamar untuk bermitra dengan kami dan berusaha untuk memperoleh aset kami, termasuk Telenor, Mitsui, Sumitomo di antaranya," tulis manajemen Axiata dikutip Reuters.

Pada Jumat pekan lalu (6/9/2019), Telenor asal Norwegia dan Axiata mengakhiri pembicaraan untuk membentuk perusahaan patungan telekomunikasi Mergedco. Para eksekutif mengatakan Axiata sedang membahas kesepakatan dengan pihak lain dan mempertimbangkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dari bisnis menara, Edotco.

"Sementara diskusi [merger] dengan Telenor berakhir saat ini, [tapi] kami terus melakukan diskusi berkelanjutan mengenai konsolidasi industri di pasar tertentu," kata Chief Financial Officer Axiata Vivek Sood dalam video konferensi dengan para analis, dikutip Reuters, Senin (9/9/2019).

Kendati belum spesifik menyebutkan bakal terjadi konsolidasi antara Hutchison dengan Axiata di XL, pemberitaan ini memberi sinyal konsolidasi bisnis telekomunikasi di Indonesia kembali menyeruak di pasar.

Apalagi anak usaha Hutchison di Indonesia, PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), sebelumnya juga sudah mendapat suntikan dana Rp 47 triliun dari dua pemegang saham yakni Hutchison Asia Telecom dan PT Tiga Telekomunikasi.

Riset PT Kresna Sekuritas per 26 April 2019 sempat menyebutkan bahwa rencana suntikan dana Rp 47 triliun itu kian membuka peluang konsolidasi operator telco.

Jika terjadi konsolidasi operator telekomunikasi atau terjadi merger dan akuisisi, Kresna Sekuritas menilai perusahaan telco yang paling menarik bagi Tri Indonesia ialah PT Indosat Tbk (ISAT) yang mengelola Indosat Ooredoo, dan XL Axiata dengan bendera XL.

"Kami berpendapat bahwa merger akuisisi belum mungkin terjadi karena ketidakpastian dalam regulasi frekuensi. Kami berharap operator dapat mempertahankan hak frekuensinya pascamerger akuisisi. Jika operator mempertahankan hak frekuensinya, itu akan menjadi tantangan besar bagi Telkomsel tetapi merupakan berkah bagi Tri, karena dapat mengikat operator lain." tulis riset tersebut.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama Dian Siswarini XL Axiata mengatakan kendala utama konsolidasi antaroperator adalah soal regulasi frekuensi. Operator merasa tidak ada jaminan frekuensi tetap bisa dimiliki operator pascamerger.

Padahal hampir semua operator sudah melakukan pembicaraan untuk menjajaki kemungkinan merger dan akuisisi. Pada akhirnya rencana tersebut terhenti karena pemerintah tak bisa menjamin soal kepemilikan frekuensi.

"Kami pada dasarnya mendukung semua upaya untuk konsolidasi, karena itu akan lebih efisien bagi industri. Sepanjang konsolidasi tersebut juga didukung oleh regulasi pemerintah," kata Dian, saat berbincang dengan CNBC Indonesia.


(hps/hps) Next Article Tri Bakal Rights Issue, Saham Smartfren kok Melesat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular