
Harga Emas Perkasa Saat AS-China Mesra, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia berbalik menguat di pasar spot hari ini. Padahal emas sedang dilanda sentimen negatif.
Pada Kamis (12/9/2019) pukul 13:51 WIB, harga emas berada di US$ 1.501,07/troy ons. Naik tipis 0,05% dibandingkan hari sebelumnya.
Sejak pagi, harga emas melemah dan masih berada di bawah US$ 1.500/troy ons. Namun perlahan sang logam mulia berhasil kembali ke zona hijau.
Padahal sentimen negatif tengah melanda emas karena sentimen positif di perekonomian global. Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China kian mesra setelah yang disebut belakangan menghapus pengenaan bea masuk untuk importasi 734 produk AS di antaranya daging sapi, daging babi, kedelai, dan tembaga.
Produk-produk ini adalah bagian dari daftar barang-barang impor dari AS senilai US$ 50 miliar yang kena bea masuk sejak Juli tahun lalu. Namun pembebasan bea masuk ini harus diajukan oleh pengusaha, yang harus membuktikan bahwa mereka memang terkena dampak perang dagang.
"Mereka (China) pernah membuat sejumlah kebijakan yang cukup baik. Saya rasa ini gestur yang baik. Namun yang sekarang adalah langkah besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.
Semestinya perkembangan ini menjadi sentimen negatif bagi emas yang berstatus sebagai aset aman (safe haven). Saat situasi sedang kondusif, investor memang lebih memilih aset berisiko yang mendatangkan cuan lebih banyak.
Namun nyatanya emas malah masih bisa membukukan kenaikan harga. Sebab, ada sentimen lain yang suportif yaitu penantian investor terhadap hasil rapat European Central Bank (ECB) pukul 18:45 WIB dan konferensi persnya pukul 19:30 WIB.
Melansir laporan Reuters, para trader melihat adanya probabilitas sebesar 72% ECB akan memangkas suku bunga sebesar 20 basis poin (bps). Beberapa analis juga memprediksi bank sentral pimpinan Mario Draghi ini akan kembali mengaktifkan program pembelian aset yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Baik pemangkasan suku bunga maupun QE akan menambah likuiditas di pasar dan berpotensi menaikkan inflasi. Emas merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi, sehingga pemangkasan suku bunga dan QE akan berdampak positif bagi emas.
Selain itu, pengumuman kebijakan moneter ECB akan memberikan gambaran kebijakan yang akan diambil bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Kamis pekan depan. Jika ECB menggelontorkan stimulus secara agresif, maka ada kemungkinan The Fed juga akan agresif, yang tentunya semakin menguntungkan bagi emas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
