
5 Emiten Ini Bakal Kena Imbas Pajak, Sahamnya Bagaimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEi) diprediksi bakal terkena imbas positif dari Rencana pemerintah yang akan menurunkan pajak korporasi atau Pajak Penghasilan (PPh) Badan dari 25% secara bertahap mulai tahun 2021 menjadi 20% pada 2023.
Erwan Teguh, Head of Research PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, menilai setidaknya ada lima emiten dari seluruh perusahaan yang masuk cakupan riset perusahaan efek tersebut yang bakal terdorong kebijakan baru pemerintah yang populis tersebut.
Kelimanya adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Lantas bagaimana dengan kinerja saham kelima perusahaan ini?
Berdasarkan data pada pukul 11.30 WIB, Kamis ini (12/9/2019), kinerja saham paling moncer dicatatkan oleh UNTR dengan kenaikan harga saham hampir 11% di level Rp 22.950/saham, kendati secara year to date atau tahun berjalan saham anak usaha Grup Astra ini amblas 16% dengan catatan net sell asing Rp 1,48 triliun di semua pasar.
Kinerja paling buruk untuk sebulan terakhir yakni TLKM yang minus hampir 3% di level Rp 4.170/saham.
Adapun untuk year to date, saham dengan kinerja paling baik yakni MNCN yakni melesat 88% di level Rp 1.295/saham, hanya saja asing malah kabur dengan catatan net sell asing Rp 261 miliar di semua pasar.
Sementara kinerja saham terburuk selama year to date adalah UNTR seiring dengan tekanan harga batu bara yang menjadi basis bisnis perusahaan alat berat ini.
Emiten | Saham 1 Bulan (%) | Saham Ytd (%) | Net Buy/Net Sell Ytd |
TLKM | -2,80 | +11,20 | +Rp 3,98 T |
MNCN | -1,52 | +88 | -Rp 261 M |
ICBP | +3,70 | +14,11 | +Rp 1,08 T |
MYOR | +0,40 | -5,34 | +Rp 120 M |
UNTR | +10,72 | -16 | -Rp 1,48 T |
Sumber: BEI, harga per 12 September, pukul 11.30 WIB
Lebih lanjut Erwan menjelaskan, untuk TLKM diprediksi akan mengalami kenaikan laba berkat pemotongan pajak terbesar yaitu 5,6%, MNCN dan ICBP sama-sama 4,2%, serta MYOR dan UNTR masing-masing 4,1%.
Di bawah kelima perusahaan itu, sekuritas yang saat ini terafiliasi dengan perusahaan China bernama China Galaxy Securities tersebut, menilai ada 20 perusahaan lain yang juga disimulasikan dengan rentang kenaikan laba karena pajak tadi yakni antara 1,3%-4,1%.
Simulasi dilakukan Erwan dan analisnya Peter P Sutedja dengan asumsi pemangkasan pajak akan terjadi secara final pada akhir 2021 sebesar 3% untuk perusahaan yang masuk kualifikasi (sektor yang membayar pajak laba final dari penjualannya seperti properti dan kontraktor dikecualikan dari hitungan).
Perusahaan yang tidak akan mendapatkan insentif pajak adalah yang porsi publiknya tidak sampai batas tertentu, yang selama ini ditetapkan batas minimal publiknya 40%.
Dampak dari penurunan pajak laba korporasi terhadap emiten bursa diprediksi akan menjadi satu kejadian saja (one-off event) pada 2021, di mana pertumbuhan laba akan semakin normal pada 2022, sebelum akhirnya penurunan akan turun 2% pada 2023.
Pada saat itu, perusahaan publik yang masuk kualifikasi hanya akan membayar pajak 17% (setelah diskon), sedangkan emiten saham lain akan membayar pajak 20%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Corona Bikin IHSG Ambles, Ini Saham-saham yang Rontok & Kebal


Deretan Minuman Penurun Gula Darah Tinggi yang Efektif

Netanyahu Makin Beringas, Ramai-Ramai Setop Ekspor Senjata ke Israel

Apartemen di Jakarta Dilego Gede-gedean, Harga Mulai Rp 200 Jutaan

Harga Emas Makin Hancur Lebur: Anjlok Hampir 2%, Saatnya Good Bye?

Megatsunami Setinggi 200 Meter Hantam Greenland, Kiamat Makin Dekat

8 Makanan Bantu Hilangkan Lemak Perut Buncit dalam 30 Hari

Babi Bikin Pening Vietnam, Satu Negara Pusing 7 Keliling
