Anjlok 4 Hari, Harga Emas Kini di Bawah US$ 1.500/Troy Ons!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2019 07:00
Anjlok 4 Hari, Harga Emas Kini di Bawah US$ 1.500/Troy Ons!
Ilustrasi Emas Perhiasan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia turun lagi di perdagangan pasar spot hari ini. Sentimen global yang membaik berdampak kepada perubahan preferensi investor, aset-aset aman (safe haven) tidak lagi menjadi pilihan utama.

Pada Selasa (10/9/2019) pukul 06:35 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.497.51/troy ons. Turun 0,53% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Ini menjadi kali pertama harga si logam mulai berada di bawah US$ 1.500/troy ons sejak 19 Agustus.



Sejak pertengahan pekan lalu, risk appetite investor mulai pulih. Pemicunya adalah rencana Amerika Serikat (AS) dan China yang sepakat untuk melakukan dialog dagang pada awal Oktober.


Padahal awalnya pelaku pasar sempat putus asa. Pasalnya, kedua negara mulai memberlakukan bea masuk baru pada 1 September, yang membuat perang dagang semakin berkepanjangan.

Namun ternyata masih ada harapan AS-China bisa mencapai kesepakatan damai dagang. Meski jalan menuju damai dagang sepertinya masih jauh dan berliku, tetapi ada komitmen untuk menuju ke sana.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain itu, ada perkembangan positif dari Inggris. Institusi keuangan Goldman Sachs menurunkan peluang Inggris untuk mengalami No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa).

Goldman Sachs menilai peluang No Deal Brexit saat ini adalah 20%, turun dari sebelumnya yaitu 25%. Sementara probabilitas Deal Brexit, kebalikan dari No Deal, naik dari 45% menjadi 55%.


Mungkin hal ini tidak lepas dari keputusan Ratu Elizabeth untuk mengesahkan undang-undang yang tidak memperkenankan No Deal Brexit pada 31 Oktober. Aturan ini memblok jalan Perdana Menteri Boris Johnson untuk memaksakan Inggris harus keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober, deal or no deal.

Bahkan muncul wacana Brexit bisa mundur lagi menjadi 31 Januari 2020. Untuk menggolkan wacana ini, parlemen harus memilih Inggris keluar dengan kesepakatan, bagaimana pun caranya. Termasuk memundurkan pelaksanaan Brexit.

Apabila Brexit mundur lagi, maka Inggris bisa melakukan persiapan yang lebih matang. Dengan begitu, perpisahan London dengan Brussel bisa lebih mulus tanpa guncangan yang berarti.

Bukan apa-apa, No Deal Brexit diramal bakal membawa petaka bagi Negeri John Bull. Mark Carney, Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE), memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) akan berkurang 5,5% jika terjadi No Deal Brexit. Plus akan ada kenaikan angka pengangguran menjadi 7% dan inflasi akan meroket ke 5,25%.


Jadi secara umum sentimen global sudah membaik. Hubungan dagang AS-China dan Brexit menemui titik terang, setidaknya untuk saat ini.

Oleh karena itu, minat investor terhadap aset-aset berisiko kembali tinggi. Akibatnya, safe haven menjadi pilihan kedua sehingga harga emas turun empat hari beruntun hingga ke bawah US$ 1.500/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular