
Saham Bali United Stagnan, Cermin Kusutnya Sepakbola Nasional
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2019 13:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), perusahaan yang menaungi klub sepakbola nasional Bali United, sulit bergerak signifikan. Sejak mencapai kisaran Rp 400 pada awal-awal pencatatan, harga saham emiten klub sepakbola pertama di Indonesia ini stagnan di kisaran Rp 300.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham Bali United berada di Rp 370. Sama persis dengan persis penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pada hari pertama perdagangan, saham Bali United berada di Rp 296. Kemudian harganya menanjak dua hari beruntun, sebelum turun lumayan drastis. Selepas itu, harga saham emiten ini tidak banyak berubah, masih di sekitar Rp 300.
Sepertinya minat investor kepada saham klub sepakbola belum gegap-gempita. Mau bagaimana lagi, sepakbola nasional memang belum matang sebagai industri.
Setiap tahun, gelaran kompetisi sepakbola Indonesia selalu menghadapi masalah yang sama. Problem paling pelik adalah seputar jadwal kompetisi yang tidak pasti, tidak bisa dipegang, bisa berubah sewaktu-waktu seakan memang tidak ada perencanaan yang matang.
Baca: Bali United IPO, Investor Harap Siapkan 'Senter'
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Teranyar, masalah jadwal kompetisi yang tidak jelas ini dikeluhkan oleh pelatih tim nasional Simon McMenemy. Saat tim nasional Indonesia berlaga melawan Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno belum lama ini, gaffer kelahiran Skotlandia ini mengeluhkan soal stamina para pemainnya yang begitu terkuras pada babak II.
"Pertandingan liga di Indonesia bisa tiga kali dalam sepekan, tetapi kami tidak bisa menjadikan itu alasan. Kami menerima pemain dalam keadaan lelah. Contohnya Stefano Lilipaly datang ke pemusatan latihan setelah begitu sering bermain di liga. Begitu juga dengan Andik Vermansah yang kelihatan lelah," ungkap McMenemy, seperti dikutip dari detiksport.
Tidak cuma jadwal yang begitu padat, waktu pelaksanaan pertandingan pun bisa berubah di detik-detik akhir. Hal ini terungkap dalam laporan Badan Profesional Olahraga Indonesia (BOPI) kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB).
"Kami memberi perhatian serius pada penundaan jadwal beberapa pertandingan yang meleset dari agenda kompetisi, sehingga berdampak buruk secara berantai pada jadwal selanjutnya. Selain itu juga terkait kuantitas dan kualitas wasit, serta titik lemah pada panitia pelaksana lokal," kata Ketua Umum BOPI Richard Sam Bera, seperti dikutip dari keterangan tertulis BOPI.
Ada beberapa penyebab menarik yang terungkap mengapa pertandingan di kompetisi sepakbola Indonesia sering tiba-tiba berubah. Pertama, pertandingan antara Perseru Badak Lampung menjamu Persela Lamongan yang harus dijadwalkan ulang, padahal tim tamu sudah mendarat di Lampung. Laga yang semestinya berlangsung 3 Agustus 2019 itu tertunda karena bentrok dengan penyelenggaraan Pekan Raya Lampung.
Kedua, Arema FC yang sedianya berlaga di Stadion Kanjuruhan Malang harus digeser ke Stadion Gajayana Malang karena bersamaan waktunya dengan perhelatan pemilihan kepala desa. Ketiga, laga Persebaya Surabaya menjamu Madura United pun diajukan jam pertandingannya karena berbarengan dengan malam takbiran jelang Idul Adha.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
"Kami berharap PT LIB dan panpel lokal lebih intens berkomunikasi, termasuk dengan pemangku kepentingan keamanan setempat, sehingga hal-hal seperti ini bisa diantisipasi lebih baik," tegas Richard.
Menanggapi masukan BOPI, PT LIB berjanji akan melakukan perbaikan. Manajer Kompetisi PT LIB Asep Saputra akan melakukan evaluasi meski kompetisi tinggal tersisa tiga bulan.
"Sesuai kesepakatan awal, memang akan ada evaluasi berkala. Kami berharap pelaksanaan kompetisi ke depan bisa lebih baik, terlepas memang jadwal memang akan sangat padat karena kompetisi harus selesai pada 22 Desember tahun ini," ungkap Asep.
Well, kompetisi sepakbola nasional yang katanya profesional ternyata pengelolaannya masih sangat jauh dari kata profesional. Emiten yang berkubang di industri seperti ini tentu sulit mendapat atensi investor.
Selama kompetisi sepakbola nasional belum mapan, belum rapi, belum terstruktur, dan belum dijalankan dengan baik dan konsisten, maka akan sangat sulit untuk menjadikannya sebagai industri seperti di Jepang, China, atau Korea Selatan. Eropa apalagi.
Sayangnya, ada emiten yang bisnisnya dijalankan di lingkungan industri yang masih begini kusut. Jadi memang sepertinya wajar harga saham Bali United susah bergerak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/roy) Next Article Kanjuruhan Rusuh, Saham BOLA Amblas ke Level ARB
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham Bali United berada di Rp 370. Sama persis dengan persis penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sepertinya minat investor kepada saham klub sepakbola belum gegap-gempita. Mau bagaimana lagi, sepakbola nasional memang belum matang sebagai industri.
Setiap tahun, gelaran kompetisi sepakbola Indonesia selalu menghadapi masalah yang sama. Problem paling pelik adalah seputar jadwal kompetisi yang tidak pasti, tidak bisa dipegang, bisa berubah sewaktu-waktu seakan memang tidak ada perencanaan yang matang.
Baca: Bali United IPO, Investor Harap Siapkan 'Senter'
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Teranyar, masalah jadwal kompetisi yang tidak jelas ini dikeluhkan oleh pelatih tim nasional Simon McMenemy. Saat tim nasional Indonesia berlaga melawan Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno belum lama ini, gaffer kelahiran Skotlandia ini mengeluhkan soal stamina para pemainnya yang begitu terkuras pada babak II.
"Pertandingan liga di Indonesia bisa tiga kali dalam sepekan, tetapi kami tidak bisa menjadikan itu alasan. Kami menerima pemain dalam keadaan lelah. Contohnya Stefano Lilipaly datang ke pemusatan latihan setelah begitu sering bermain di liga. Begitu juga dengan Andik Vermansah yang kelihatan lelah," ungkap McMenemy, seperti dikutip dari detiksport.
Tidak cuma jadwal yang begitu padat, waktu pelaksanaan pertandingan pun bisa berubah di detik-detik akhir. Hal ini terungkap dalam laporan Badan Profesional Olahraga Indonesia (BOPI) kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB).
"Kami memberi perhatian serius pada penundaan jadwal beberapa pertandingan yang meleset dari agenda kompetisi, sehingga berdampak buruk secara berantai pada jadwal selanjutnya. Selain itu juga terkait kuantitas dan kualitas wasit, serta titik lemah pada panitia pelaksana lokal," kata Ketua Umum BOPI Richard Sam Bera, seperti dikutip dari keterangan tertulis BOPI.
Ada beberapa penyebab menarik yang terungkap mengapa pertandingan di kompetisi sepakbola Indonesia sering tiba-tiba berubah. Pertama, pertandingan antara Perseru Badak Lampung menjamu Persela Lamongan yang harus dijadwalkan ulang, padahal tim tamu sudah mendarat di Lampung. Laga yang semestinya berlangsung 3 Agustus 2019 itu tertunda karena bentrok dengan penyelenggaraan Pekan Raya Lampung.
Kedua, Arema FC yang sedianya berlaga di Stadion Kanjuruhan Malang harus digeser ke Stadion Gajayana Malang karena bersamaan waktunya dengan perhelatan pemilihan kepala desa. Ketiga, laga Persebaya Surabaya menjamu Madura United pun diajukan jam pertandingannya karena berbarengan dengan malam takbiran jelang Idul Adha.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
"Kami berharap PT LIB dan panpel lokal lebih intens berkomunikasi, termasuk dengan pemangku kepentingan keamanan setempat, sehingga hal-hal seperti ini bisa diantisipasi lebih baik," tegas Richard.
Menanggapi masukan BOPI, PT LIB berjanji akan melakukan perbaikan. Manajer Kompetisi PT LIB Asep Saputra akan melakukan evaluasi meski kompetisi tinggal tersisa tiga bulan.
"Sesuai kesepakatan awal, memang akan ada evaluasi berkala. Kami berharap pelaksanaan kompetisi ke depan bisa lebih baik, terlepas memang jadwal memang akan sangat padat karena kompetisi harus selesai pada 22 Desember tahun ini," ungkap Asep.
Well, kompetisi sepakbola nasional yang katanya profesional ternyata pengelolaannya masih sangat jauh dari kata profesional. Emiten yang berkubang di industri seperti ini tentu sulit mendapat atensi investor.
Selama kompetisi sepakbola nasional belum mapan, belum rapi, belum terstruktur, dan belum dijalankan dengan baik dan konsisten, maka akan sangat sulit untuk menjadikannya sebagai industri seperti di Jepang, China, atau Korea Selatan. Eropa apalagi.
Sayangnya, ada emiten yang bisnisnya dijalankan di lingkungan industri yang masih begini kusut. Jadi memang sepertinya wajar harga saham Bali United susah bergerak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/roy) Next Article Kanjuruhan Rusuh, Saham BOLA Amblas ke Level ARB
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular