Banjir Sentimen Positif, Harga Minyak Melonjak Pekan Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 September 2019 14:05
Banjir Sentimen Positif, Harga Minyak Melonjak Pekan Ini
Ilustrasi Pipa Penyaluran Minyak Mentah (REUTERS / Richard Carson)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pekan ini. Munculnya harapan akan perbaikan ekonomi global membuat harga si emas hitam punya alasan untuk menguat.

Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent melonjak 1,83% secara point-to-point. Sedangkan harga minyak jenis light sweet melesat 2,58% dalam periode yang sama.



Terdapat sejumlah sentimen positif bagi harga minyak. Pertama, Amerika Serikat (AS)-China sudah sepakat untuk melanjutkan dialog dagang. Pertemuan berikutnya akan berlangsung di Washington pada awal Oktober.

"Semua isu akan dibahas di sana. Pencurian hak atas kekayaan intelektual, liberalisasi jasa keuangan, cyber space, pembelian produk-produk AS, termasuk halangan tarif dan non-tarif. Anda sebut saja. Kalau ada hasil yang memuaskan, berarti hubungan kami akan membaik," ungkap Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow, seperti diwartakan Reuters.

Presiden AS Donald Trump pun sepertinya tidak sabar ingin segera berdialog dengan China. "Dialog akan segera terlaksana, ini baik untuk semua!" cuit Trump di Twitter.

Peluang AS-China menuju damai dagang membuat dunia berbunga-bunga. Artinya ke depan ada harapan arus perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi akan membaik.

Ketika perekonomian membaik, maka permintaan energi tentu ikut naik. Ini tentu menjadi alasan kuat lonjakan harga minyak.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kedua, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) berkomitmen untuk mengawal ketat perekonomian Negeri Paman Sam. The Fed akan mengambil kebijakan yang layak (appropriate) untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi AS.

"Mandat kami adalah menggunakan segala instrumen untuk mendukung perekonomian, dan itu terus kami lakukan. Kami akan terus melakukan kebijakan yang layak untuk mempertahankan ekspansi ekonomi," tegas Powell dalam sebuah acara di Zurich (Swiss), dikutip dari Reuters.

Dengan pengawalan ketat dari The Fed, investor berharap kinerja ekonomi Negeri Adidaya tetap terjaga. Meski perlambatan sepertinya sulit terhindarkan, tetapi The Fed akan menjaga agar tidak terjadi hard landing.


Ketika ekspansi ekonomi AS berlanjut, maka lagi-lagi permintaan energi akan tetap tinggi. AS adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia, sehingga permintaan di sana akan sangat mempengaruhi harga.

 

Sentimen ketiga, lagi-lagi dari AS, US Energy Information Administration melaporkan stok minyak negara tersebut anjlok 4,8 juta barel pada pekan lalu menjadi 423 juta barel. Stok minyak AS berada di posisi terendah sejak Oktober 2018.

Selain konsumen minyak terbesar di dunia, AS juga merupakan produsen nomor satu di kolong langit. Pada 2018, produksi minyak AS mencapai 17,87 juta barel/hari atau 18% dari total produksi global.



Jadi wajar jika perkembangan stok minyak di AS akan sangat mempengaruhi harga. Dengan status sebagai produsen minyak terbesar dunia, segala hal yang terkait dengan pasokan dari AS akan membuat pasar 'bergoyang'.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular