Menguat Lagi, Rupiah Masuk 'The Big Four' Terbaik di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 September 2019 17:21
Menguat Lagi, Rupiah Masuk 'The Big Four' Terbaik di Asia
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil mencatat penguatan tipis pada perdagangan Kamis (5/9/19), mempertahankan posisinya di level terkuat sejak 1 Agustus melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah "galau" memasuki zona hijau dan merah silih berganti. Mayoritas perdagangan dihabiskan di zona merah, tetapi di akhir perdagangan mata uang Garuda masuk ke zona hijau, menguat 0,04% ke level 14.145/US$, di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rentang pergerakan rupiah pada hari tidak besar, berada di antara 14.145-14.160/US$, jauh lebih sempit dibandingkan Rabu kemarin di rentang 14.137-14.220/US$.

Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat pada hari ini, penguatan tipis rupiah membawanya masuk ke jajaran The Big Four mata uang terbaik benua kuning.

Hingga pukul 16:00 WIB, won Korea Selatan memimpin penguatan sebesar 0,33%, disusul ringgit Malaysia (0,31%) dan rupee India yang menguat 0,12%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
 

Rupiah mencatat penguatan 0,49% pada Rabu kemarin, dan berada di level terkuat sejak 1 Agustus. Posisinya tersebut membuat rupiah belum mampu memanfaatkan kabar bagus yang datang dari penjuru dunia.

Penguatan rupiah Rabu kemarin membuat dolar AS berada di level terlemah satu bulan, tentunya terlihat "murah", yang dapat memicu aksi beli. Hal inilah yang menahan rupiah menguat lebih jauh. Setidaknya dengan performa hari ini, dan kondusifnya pasar finansial global, rupiah punya peluang untuk menguat lagi besok.

Kabar bagus pertama datang dari Hong Kong. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam secara resmi menarik kembali RUU ekstradisi yang telah memicu aksi massa selama berbulan-bulan, dilansir CNBC International.


Pembatalan RUU Ekstradisi tersebut menjadi sentimen positif karena protes yang terjadi di Hong Kong sempat dikhawatirkan bakal menjadi fakto penghambat tambahan dalam sejarah hubungan ekonomi AS dan China.

Selanjutnya dari Italia, kisruh politik terjadi setelah muncul rencana pemilu dari Wakil Perdana Menteri, Matteo Salvini berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Giuseppe Conte.

Pecah kongsi antara dua pimpinan tersebut memberikan ketidakjelasan akan nasib Italia. Kini hal tersebut mulai mereda setelah Partai 5 Stars Movement pimpinan Matteo Salvini mencapai kesepakatan dengan Partai Demokratis untuk membentuk pemerintahan baru, sebagaimana dilansir CNBC International.

Terakhir dari Inggris, aliansi anggota parlemen lintas partai sukses mengalahkan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, sehingga menjegal rencananya mengeluarkan Negeri Monarki tersebut dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal Brexit) pada 31 Oktober, dilansir CNBC International.

Kabar Hong Kong, Italia, dan Inggris itu merupakan kabar bagus dari sisi politik. Ada satu lagi kabar paling bagus yang datang dari AS dan China.

Kedua negara siap kembali ke meja perundingan dagang di bulan Oktober. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa delegasi kedua negara melakukan perbincangan via sambungan telepon pada pagi hari ini.

Perbincangan via sambungan telepon ini melibatkan berbagai tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, serta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.

Jika tidak ada perubahan lagi dari semua kabar bagus tersebut, semoga penguatan rupiah hari ini adalah awal dari penguatan yang lebih besar Jumat besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular