
Malu-malu, Harga Batu Bara Cuma Naik Tipis
Hidayat Setiaji & Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
05 September 2019 15:29

Jakarta CNBC Indonesia - Harga batu bara masih malu-malu, hanya naik tipis di perdagangan kemarin. Namun sejak awal tahun harga komoditas batu bara masih tertekan lebih dari 30%.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di angka US$ 67,95/metrik ton, tertinggi sejak 15 Agustus lalu. Walau kenaikannya tipis saja di 0,15%.
Sepanjang Januari-Agustus, harga batu bara sempat terperosok dalam hingga menyentuh titik terendah US$ 63,1/metrik ton.
Menurut kajian International Energy Agency (IEA), permintaan batu bara hingga 2023 masih diprediksi stabil walau terjadi penurunan konsumsi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Tercatat sejak 2016-2017, AS telah memangkas lebih dari 10 juta ton konsumsi batu bara mereka. Hal ini juga dilakukan di negara-negara Eropa seperti Inggris, Ukraina, dan Jerman.
Peningkatan permintaan batu bara diprediksi masih akan terjadi. Terutama datang dari India dan juga beberapa negara Asia lainnya masih akan tetap menjadi pendongkrak industri batu bara.
Salah satu ancaman nyata terhadap industri ini adalah investasi dan pengembangan energi terbarukan serta kebijakan blue sky di berbagai belahan dunia sebagai respons terhadap perubahan iklim. Selain itu, berbagai isu global seperti perang dagang AS-China serta isu resesi global masih sangat mungkin untuk menekan harga batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(Tirta Widi Gilang Citradi) Next Article Weleh-weleh, Harga Batu Bara Anjlok Hampir 6%!
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di angka US$ 67,95/metrik ton, tertinggi sejak 15 Agustus lalu. Walau kenaikannya tipis saja di 0,15%.
Sepanjang Januari-Agustus, harga batu bara sempat terperosok dalam hingga menyentuh titik terendah US$ 63,1/metrik ton.
Menurut kajian International Energy Agency (IEA), permintaan batu bara hingga 2023 masih diprediksi stabil walau terjadi penurunan konsumsi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Tercatat sejak 2016-2017, AS telah memangkas lebih dari 10 juta ton konsumsi batu bara mereka. Hal ini juga dilakukan di negara-negara Eropa seperti Inggris, Ukraina, dan Jerman.
Peningkatan permintaan batu bara diprediksi masih akan terjadi. Terutama datang dari India dan juga beberapa negara Asia lainnya masih akan tetap menjadi pendongkrak industri batu bara.
Salah satu ancaman nyata terhadap industri ini adalah investasi dan pengembangan energi terbarukan serta kebijakan blue sky di berbagai belahan dunia sebagai respons terhadap perubahan iklim. Selain itu, berbagai isu global seperti perang dagang AS-China serta isu resesi global masih sangat mungkin untuk menekan harga batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(Tirta Widi Gilang Citradi) Next Article Weleh-weleh, Harga Batu Bara Anjlok Hampir 6%!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular