
Kabar Bagus dari Penjuru Dunia, Rupiah Kok Biasa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah "galau" bergerak antara penguatan dan pelemahan dari pagi hingga siang hari Kamis (5/9/19). Padahal ada kabar bagus dari berbagai belahan penjuru dunia yang seharusnya bisa mendongkrak kinerja rupiah.
Pada perdagangan Rabu kemarin, rupiah menguat 0,49% dan mencapai level terkuat sejak 1 Agustus. Penguatan cukup tajam tersebut membuat rupiah belum mau menguat lagi hingga siang ini.
Meredanya tensi geopolitik di Hong Kong, Italia, dan Inggris membuat sentimen pelaku pasar membaik. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam secara resmi menarik kembali RUU ekstradisi yang telah memicu aksi massa selama berbulan-bulan, dilansir CNBC International.
Pembatalan RUU Ekstradisi tersebut menjadi sentimen positif karena protes yang terjadi di Hong Kong sempat dikhawatirkan bakal menjadi faktor penghambat tambahan dalam sejarah hubungan ekonomi AS dan China.
Dari Italia, kisruh politik terjadi setelah muncul rencana pemilu dari Wakil Perdana Menteri, Matteo Salvini berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Pecah kongsi antara dua pimpinan tersebut memberikan ketidakjelasan akan nasib Italia. Kini hal tersebut mulai mereda setelah Partai 5 Stars Movement pimpinan Matteo Salvini mencapai kesepakatan dengan Partai Demokratis untuk membentuk pemerintahan baru, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu dari Inggris, aliansi anggota parlemen lintas partai sukses mengalahkan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, sehingga menjegal rencananya mengeluarkan Negeri Monarki tersebut dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal Brexit) pada 31 Oktober.
Membaiknya faktor politik di beberapa negara tentunya memberikan angin segar bagi pelaku pasar di tengah isu resesi yang terus menggentayangi.
Kabar paling bagus datang dari AS dan China. Kedua negara siap kembali ke meja perundingan dagang di bulan Oktober. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa delegasi kedua negara melakukan perbincangan via sambungan telepon pada pagi hari ini.
Perbincangan via sambungan telepon ini melibatkan berbagai tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, serta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.
Dari semua sentimen positif tersebut, ada satu batu ganjalan yang membuat rupiah belum bisa memanfaatkan momen "bahagia" di pasar finansial, yakni indeks keyakinan konsumen.
Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Agustus yang bernilai 123,1. Angka di atas 100 menunjukkan konsumen masih optimistis. Akan tetapi, optimisme konsumen turun dibandingkan Juli karena kala itu angka IKK berada di 124,8. Angka IKK Agustus bahkan menjadi yang paling rendah sejak November 2018.
Sebagaimana diketahui, konsumsi menyumbang 56% produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Ketika keyakinan konsumen surut, muncul kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonoi terganggu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun dan berada di area negatif, sementara histogramnya masih di area negatif. Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka menengah sudah mulai berkurang, bahkan berpeluang mendapat momentum penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
Indikator Stochastic menunjukkan potensi pelemahan rupiah ke kisaran 14.180/US$. Jika menembus level tersebut, rupiah berpotensi semakin melemah ke level 14.200/US$. Selama tertahan di level 14.200/US$, Mata Uang Garuda memiliki potensi memangkas pelemahan.
Sebaliknya jika kembali dan menembus ke bawah 14.155, rupiah berpotensi menguat ke level 14.140/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke level 14.120/US$.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
