Saham Telkom Diobral Asing Lagi, Apa Karena Stroomnet?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
05 September 2019 11:31
Ini melanjutkan aksi sell off asing yang terjadi kemarin senilai Rp 211 miliar.
Foto: My Grapari Telkomsel (detikFoto/Rachman Haryanto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten telekomunikasi milik negara, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) masih terus mencatatkan jual bersih (net sell) asing saat harga saham perusahaan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) justru berada di zona hijau.

Data perdagangan mencatat, pada pukul 11.27 WIB, Kamis ini (5/9/2019), total jual bersih asing pada saham Telkom mencapai Rp 27,86 miliar. Ini melanjutkan aksi sell off asing yang terjadi kemarin senilai Rp 211 miliar.

Aksi jual saham Telkom ini tampaknya merupakan aksi ambil untung (profit taking), pasalnya secara year to date harga saham Telkom sudah naik 15,47%.


Selain itu, pada perdagangan hari ini, tekanan jual investor asing tidak membuat harga saham operator telekomunikasi terbesar ini susut. Saham Telkom pagi ini justru naik 0,93% ke level Rp 4.330/saham, dengan volume transaksi 29,13 juta unit senilai Rp 126 miliar.

Etta Rusdiana Putra, Senior Market Analist PT Kresna Sekuritas, dalam artikel opini yang dipublikasikan di CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu sempat menyoal kehadiran layanan internet dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan nama Stroomnet.

Layanan ini, secara terbuka menabuh genderang perang terhadap pelaku usaha jaringan internet kabel rumah (fiber to the home/FTTH).

Apalagi PLN melakukan rebranding layanan internetnya dan layanan TV berbasis internet (internet protocol TV).

Disadari atau tidak, Stroomnet dinilai berkompetisi langsung dengan IndiHome, produk berkarakteristik sama persis dengan Stroomnet, yang dirilis Telkom serta produk lain milik perusahaan swasta penyedia layanan internet (internet service provider/ISP).

Gebrakan PLN ini dilakukan melalui anak usahanya, yaitu Indonesia Comnets Plus (ICON+), yang didirikan pada tahun 2000 dan mengantongi izin penyediaan internet dan telepon untuk publik sejak tahun 2005.


Etta menjelaskan ICON+ sebenarnya telah menawarkan layanan komersial sejak 2008, menggunakan teknologi internet melalui kabel listrik (broadband-over-powerline), tetapi gagal di pasar karena tidak mendapat perhatian dari publik.

Kini, lanjut Etta, perusahaan penguasa jaringan listrik tersebut mencoba lagi peruntungan di bisnis ini seiring efisiensi di pasar internet, sementara permintaan masyarakat kian tinggi sebagai kebutuhan utama.

Tak heran, PLN berani menawarkan paket Stroomnet senilai Rp 89.000 untuk layanan data 5 Mbps per bulan, setara 1,9% dari pendapatan tahunan (Rp 56 juta).

"Gebrakan ICON+ ini berpotensi menggeser IndiHome. Alasannya, PLN memiliki 71,1 juta pelanggan (per 2018), yang berpotensi menjadi pelanggan internet, atau nyaris sepuluh kali lipat dari pelanggan telepon Telkom yang hanya 7,9 juta orang (per semester I/2019)," tulis Etta.

Apalagi, ongkos layanan Stroomnet lebih menarik dari IndiHome dan ISP FTTH swasta lainnya. Hal ini dimungkinkan karena sebagai penguasa jaringan listrik Nusantara PLN memiliki jaringan terintegrasi di seluruh Indonesia sehingga bisa menciptakan efisiensi dalam layanannya.

[Gambas:Video CNBC]


(hps/tas) Next Article Peluang Telkom di Bursa Saham Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular