
Mantap, Harga Emas Masih Bisa Naik ke US$ 1.563/Troy Ons!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat pada perdagangan kemarin, meski hari ini terkoreksi karena ambil untung (profit taking). Namun ke depan, prospek si logam mulia masih kinclong.
Pada Rabu (4/9/2019) pukul 13:46 WIB, harga emas dunia berada di US$ 1.541,03/troy ons. Turun 0,5% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Akan tetapi, harga emas masih menyimpan tenaga untuk bergerak ke utara. Pasalnya, ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, utamanya karena perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China yang seakan tanpa akhir.
Babak baru perang dagang AS-China resmi dimulai pada 1 September lalu. AS mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta.
Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China.
Selain babak baru perang dagang, kini ada 'babak tambahan'. China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tidak disebutkan rincian dari laporan itu, tetapi China menyatakan kebijakan AS telah mempengaruhi ekspor mereka sebesar US$ 300 miliar.
Presiden AS Donald Trump menegaskan agar China jangan coba-coba menghambat negosiasi. Kalau dialog dagang sampai buntu, sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengancam tidak akan ragu bertindak lebih keras kepada China.
"Enam belas bulan adalah waktu yang lama (bagi China) untuk mengalami PHK massal, dan itu yang akan terjadi jika saya menenangi Pemilu (2020). Kesepakatan akan semakin sulit! Pada saat yang sama, rantai pasok China akan hancur dan bisnis, lapangan kerja, serta uang akan hilang!" cuit Trump di Twitter.
Di tengah eskalasi perang dagang, data ekonomi AS memberikan pukulan telak. Data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur AS terkontraksi alias negatif. Pada Agustus, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS tercatat 49,1, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,2.
Kontraksi tersebut merupakan yang pertama dalam tiga tahun terakhir, sehingga kecemasan akan resesi kembali menyeruak. Emas si safe haven kembali
mendapat momentum penguatan, dan jalan untuk menanjak naik lagi telah terbuka.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
