Perang Dagang AS-China Masih Bebani Harga Minyak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 September 2019 08:31
Perang Dagang AS-China Masih Bebani Harga Minyak
Ilustrasi Minyak Mentah (REUTERS / Brendan McDermid)
Jakarta CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun dalam kisaran terbatas di perdagangan pagi ini. Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China menjadi pemberat bagi pergerakan harga si emas hitam.

Pada Selasa (3/9/2019) pukul 08:13 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,1%. Sementara harga minyak jenis light sweet juga turun, tetapi lebih tipis di 0,04%.



Seperti kemarin, harga minyak masih terbeban sentimen perang dagang AS-China. Akhir pekan lalu, perang dagang yang sudah berlangsung sejak awal 2018 tersebut memasuki babak baru.

Mulai 1 September, AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.

Sementara China memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Api perang dagang AS-China resmi berkobar lagi, sesuatu yang sangat membuat pelaku pasar khawatir. Bukan apa-apa, perang dagang AS-China akan 'melukai' perekonomian dunia.

Kala dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, yang terjadi adalah rantai pasok dunia menjadi tersendat. Arus perdagangan dan investasi seret, sehingga perlambatan ekonomi (bahkan mungkin saja resesi) adalah risiko yang sangat nyata.


Perlambatan ekonomi tentu mengakibatkan permintaan energi ikut lesu. Tidak heran harga minyak ikut terpeleset.

Ditambah lagi pasokan minyak dari para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) juga naik. Pada Agustus, produksi minyak dari negara-negara OPEC tercatat 29,61 juta barel/hari, naik 80.000 barel/hari dibandingkan bulan sebelumnya.



Kenaikan pasokan ini dibayangi oleh risiko penurunan permintaan. Langkah harga minyak ke arah utara menjadi sangat berat, kalau tidak mau dibilang mustahil.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular