
Rupiah Masih Akan Lesu, Tapi Tak Sampai Tembus Rp 14.200/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini. Babak baru perang dagang AS vs China yang resmi dimulai 1 September kemarin memberikan sentimen negatif bagi rupiah.
Pada Senin (2/9/2019) pukul 12:36 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.190. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Terhitung mulai 1 September, AS mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta.
Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China.
Meski kedua negara resmi mengenakan tarif baru, tapi perundingan dagang tetap akan berlangsung. Hal tersebut ditegaskan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan China dan AS memang masih akan melanjutkan dialog pada September, tetapi penambahan bea masuk tetap berlaku
"Kami sudah berbicara dengan pihak China, pertemuan masih terjadwal pada September. Kita lihat saja nanti, tetapi kami tidak bisa membiarkan China mencabik-cabik negara ini lagi," tegas Presiden AS Donald Trump, seperti diberitakan Reuters.
Belum jelas kapan perundingan dagang AS-China akan kembali berlangsung, tapi yang pasti tarif impor baru yang diterapkan kedua negara mengancam perekonomian global akan semakin melambat. Efek dari perang dagang sebelumnya sudah memberikan dampak pelambatan ekonomi yang signifikan, apalagi dengan adanya tarif baru ini, kondisi ekonomi global bisa saja semakin memburuk.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2019. Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan terjadi inflasi pada Agustus 2019 ini hingga 0,12% secara bulanan.
"Harga komoditas di Agustus ini cenderung ada kenaikan. Agustus 2019 ini terjadi inflasi 0,12% (on month)," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (2/9/2019). Sementara secara year on year (tahunan) inflasi berada pada 3,49%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,16%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,54% dan inflasi inti tahunan adalah 3,18%.
Stabilnya inflasi tentunya menjadi kabar bagus bagi rupiah. Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk kembali menurunkan suku bunga di masa yang akan datang, sehingga laju perekonomian bisa dipercepat lagi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)