
Ulasan Teknikal IHSG
Sesi I Memerah, Akankah Koreksi IHSG Terus Berlanjut?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 September 2019 12:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan sesi I, Senin ini (2/92019) sesaat setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2019.
Data perdagangan mencatat, IHSG minus 0,41% di level 6.302,74, padahal sempat dibuka hijau di level 6.331 pada perdagangan pagi tadi. Koreksi terjadi bersamaan dengan data rilis inflasi Agustus yang diumumkan BPS pada siang tadi pukul 11.00 WIB.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan terjadi inflasi pada Agustus 2019 ini hingga 0,12% secara bulanan.
"Harga komoditas di Agustus ini cenderung ada kenaikan. Agustus 2019 ini terjadi inflasi 0,12% (on month)," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (2/9/2019).
Sementara secara year on year (tahunan) inflasi berada pada 3,49%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,16%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,54% dan inflasi inti tahunan adalah 3,18%.
Dari 82 kota, 44 kota terjadi inflasi dan 38 kota terjadi inflasi. "Inflasi tertinggi di Kudus 0,82% dan deflasi tertinggi di Bau Bau minus 0,21%," terang Suhariyanto.
Investor asing keluar dari pasar saham RI hari ini sebanyak Rp 60 miliar di pasar reguler dan dalam 5 hari perdagangan terakhir asing keluar hingga Rp 738 miliar di pasar reguler.
Lantas bagaimana dari sisi teknikal hingga sore nanti?
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan melemah dengan rentang perdagangannya pada level 6.250 hingga 6.350.
Tadi pagi, dari Wall Street Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama akhir pekan kemarin mulai di tutup bervariatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,16%, indeks S&P 500 hanya naik tipis 0,06%, dan indeks Nasdaq membukukan koreksi 0,15%.
Investor tampak mengambil sikap hati-hati sambil menunggu apa yang akan terjadi di September di tengah kecamuk perang dagang AS-China.
Secara teknikal, IHSG memberikan sinyal potensi sinyal koreksi lantaran lebih dekat dengan level jenuh jualnya (overbought), berdasarkan indikator teknikal relative strength index (RSI), yang mengukur momentum pergerakan arah pasar.
Koreksinya diperkirakan tidak terlalu dalam mengingat posisi IHSG yang masih bergerak di atas rata-rata nilainya selama 5 hari terakhir atau moving average five/MA5 (garis hijau pada grafik).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Meski Tekanan Jual Masih Tinggi, Siap-siap IHSG Reli Lagi
Data perdagangan mencatat, IHSG minus 0,41% di level 6.302,74, padahal sempat dibuka hijau di level 6.331 pada perdagangan pagi tadi. Koreksi terjadi bersamaan dengan data rilis inflasi Agustus yang diumumkan BPS pada siang tadi pukul 11.00 WIB.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan terjadi inflasi pada Agustus 2019 ini hingga 0,12% secara bulanan.
"Harga komoditas di Agustus ini cenderung ada kenaikan. Agustus 2019 ini terjadi inflasi 0,12% (on month)," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (2/9/2019).
Sementara secara year on year (tahunan) inflasi berada pada 3,49%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,16%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,54% dan inflasi inti tahunan adalah 3,18%.
Dari 82 kota, 44 kota terjadi inflasi dan 38 kota terjadi inflasi. "Inflasi tertinggi di Kudus 0,82% dan deflasi tertinggi di Bau Bau minus 0,21%," terang Suhariyanto.
Investor asing keluar dari pasar saham RI hari ini sebanyak Rp 60 miliar di pasar reguler dan dalam 5 hari perdagangan terakhir asing keluar hingga Rp 738 miliar di pasar reguler.
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan melemah dengan rentang perdagangannya pada level 6.250 hingga 6.350.
Tadi pagi, dari Wall Street Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama akhir pekan kemarin mulai di tutup bervariatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,16%, indeks S&P 500 hanya naik tipis 0,06%, dan indeks Nasdaq membukukan koreksi 0,15%.
Investor tampak mengambil sikap hati-hati sambil menunggu apa yang akan terjadi di September di tengah kecamuk perang dagang AS-China.
Secara teknikal, IHSG memberikan sinyal potensi sinyal koreksi lantaran lebih dekat dengan level jenuh jualnya (overbought), berdasarkan indikator teknikal relative strength index (RSI), yang mengukur momentum pergerakan arah pasar.
![]() |
Koreksinya diperkirakan tidak terlalu dalam mengingat posisi IHSG yang masih bergerak di atas rata-rata nilainya selama 5 hari terakhir atau moving average five/MA5 (garis hijau pada grafik).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Meski Tekanan Jual Masih Tinggi, Siap-siap IHSG Reli Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular