Ulangi Prestasi Kemarin, Pagi Ini Rupiah Juara 3 Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2019 08:58
Ulangi Prestasi Kemarin, Pagi Ini Rupiah Juara 3 Asia
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Aura damai dagang AS-China mampu menopang penguatan mata uang Tanah Air.

Pada Jumat (30/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.215 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan, apresiasi rupiah agak menipis. Pada pukul 08:30 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.225 di mana rupiah menguat 0,07%.

Meski penguatannya menipis, tetapi rupiah masih bisa bersyukur karena mayoritas mata uang utama Asia diperdagangkan melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya rupee India dan yen Jepang yang masih bisa menguat. Seperti kala penutupan perdagangan kemarin, rupiah menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:32 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari sisi eksternal, penguatan rupiah didukung oleh kembalinya risk appetite investor. Ada kabar gembira terkait hubungan AS-China. Rencananya AS-China untuk menggelar dialog dagang di Washington pada awal September semakin mendekati kenyataan. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan hari ini akan ada pembicaraan di antara delegasi kedua negara untuk mempersiapkan pertemuan pada bulan depan.

"Ada pembicaraan yang terjadwal hari ini, tetapi levelnya berbeda. China sangat ingin membuat kesepakatan (dagang). Kita lihat saja nanti," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News Radio, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara di Beijing, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng menyatakan saat ini Beijing dan Washington sedang membahas pertemuan tatap muka dalam waktu dekat. Dia menambahkan kedua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif jika ingin meraih hasil positif dalam perundingan tersebut. China sendiri, katanya, terus berusaha menghindari eskalasi dan bersedia untuk menyelesaikan perselisihan secara tenang.

"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao, seperti diwartakan Reuters.

Perkembangan ini tentu sangat melegakan pelaku pasar. Ternyata harapan damai dagang AS-China masih ada. Sekarang tinggal menunggu nasib bea masuk yang akan diberlakukan AS dan China mulai 1 September.

AS berencana mengenakan bea masuk baru sebesar 15% untuk sebagian dari importasi produk China senilai US$ 300 miliar. Sedangkan China akan membalas dengan menaikkan bea masuk untuk produk made in the USA sebesar US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%.


Semoga dengan hubungan AS-China yang mulai pulih, pengenaan bea masuk yang bisa memicu perang dagang episode terbaru ini bisa ditunda atau malah dibatalkan. Jika itu terjadi, maka aura damai dagang akan semakin terasa.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Selain hawa damai dagang AS-China yang semakin terasa, rupiah juga terbantu oleh dolar AS yang sedang melemah di level global. Pada pukul 08:43 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,02%.

Pelemahan dolar AS terjadi selepas rilis data pembacaan kedua angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2019, yang sebesar 2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Sedikit di bawah proyeksi pertama yaitu 2,1%.

Angka 2% lumayan jauh dibandingkan kuartal I-2019 yang mencapai 3,1%. Pertumbuhan ekonomi 2% juga menjadi laju terlemah sejak kuartal I-2017.



Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi AS melambat. Salah satunya ya gara-gara perang dagang lawan China. Mengutip hasil survei US-China Business Council, 81% perusahaan menegaskan perang dagang telah mempengaruhi bisnis mereka. Sebagai informasi, US-China Business Council melingkupi lebih dari 200 perusahaan.

Lebih lanjut, hampir 40% responden menyatakan penjualan mereka turun karena mitra di China khawatir dengan perang dagang. Angka 40% ini melonjak tujuh kali lipiat dibandingkan survei pada 2018.

Oleh karena itu, sepertinya Bank Sentral AS( The Federal Reserve/The Fed) akan semakin yakin untuk kembali menurunkan suku bunga acuan pada rapat 18 September mendatang. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan suku bunga acuan AS turun 25 basis poin (bps) ke 1,75-2% bulan depan mencapai 95,8%.

Penurunan suku bunga acuan yang hampir pasti terjadi membuat dolar AS tertekan, karena berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, dolar AS mengalami tekanan jual dan ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk menyalip.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular