Terhimpit Isu Resesi dan 1 September, Rupiah Susah Bergerak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 August 2019 16:12
Pasar Tunggu Kepastian Damai Dagang AS-China
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sentimen kedua, pelaku pasar menantikan tanggal 1 September. Tanggal itu sangat penting, karena menjadi bisa menjadi momentum dimulainya perang dagang AS-China jilid kesekian.

Presiden AS Donald Trump akhir pekan lalu mengungkapkan bahwa pada 1 September sebagian impor produk-produk China senilai US$ 300 miliar akan terkena bea masuk 15%. Lebih tinggi dari rencana awal yaitu 10%.

"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump di Twitter.

China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.

"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.


Memasuki pekan ini, hubungan keduanya agak membaik. Wakil Perdana Menteri China Liu He menyatakan siap kembali ke meja perundingan dan menyelesaikan perang dagang secara baik-baik.

"Kami siap untuk menyelesaikan masalah melalui konsultasi dan kerja sama dengan sikap yang tenang, berkebalikan dengan meningkatkan eskalasi perang dagang. Kami meyakini bahwa eskalasi perang dagang tidak menguntungkan bagi China, AS, dan seluruh dunia," papar Liu, seperti diberitakan Reuters.

Trump pun menyambut baik niat China. Sang presiden ke-46 Negeri Adidaya menyatakan perundingan dagang akan segera dimulai.

"Kami akan memulai kembali proses negosiasi secepatnya. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan. China tidak ingin kehilangan rantai pasok mereka. AS akan mulai bicara serius dengan China," katanya, seperti diwartakan Reuters.


Meski saat ini situasi agak tenang, tetapi belum ada yang bicara soal 1 September. Apakah pada 1 September pengenaan bea masuk baru (baik di AS atau China) benar-benar berlaku? Atau mungkin ditunda karena keduanya mulai harmonis?

Nah, ketidakjelasan seputar 1 September ini yang membuat investor belum berani terlalu agresif. Lebih baik main aman dulu sembari menantikan kabar terbaru dari Washington atau Beijing.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular