
Analisis Teknikal
Isu Resesi Kembali Dongkrak Emas, Bisakah Tembus Rekor Baru?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 August 2019 12:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali menguat pada perdagangan Selasa (27/8/19) kemarin akibat isu resesi yang kembali menerpa Amerika Serikat (AS). Logam mulia ini kini mendekati rekor tertinggi tahun ini US$ 1.554/troy ons.
Isu resesi di AS kembali muncul setelah imbal hasil (yield) obligasi atau Treasury AS kembali mengalami inversi.
Inversi terjadi antara yield Treasury Tenor 2 tahun dengan 10 tahun. Artinya, yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek.
Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak 1978 terjadi lima kali inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan 10 tahun. Semuanya menjadi awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi.
Kondisi perekonomian global memang sedang melambat di tahun ini, penyebab utamanya adalah perang dagang antara AS dengan China. Kini perang dagang kedua negara kembali tereskalasi dan laju perekonomian berpotensi semakin melambat.
Kedua negara akan mengenakan tarif impor baru pada 1 September nanti. AS akan mengenakan tarif impor sebesar 15% tahap pertama untuk produk dari China dengan total nilai US$ 300 miliar. Sementara, China mengenakan tarif impor kisaran 5%-10% untuk produk dari AS dengan total nilai US% 75 miliar.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda akan ada penundaan berlakunya tarif impor tersebut. Sebelumnya di awal pekan Presiden AS, Donald Trump, mengatakan China menginginkan perundingan dimulai lagi dan kedua negara akan memulai pembicaraan dengan serius.
"China menghubungi para negosiator dagang kita tadi malam dan mengatakan "mari kembali berunding", jadi kita akan kembali bernegosiasi dan saya pikir mereka akan melakukan sesuatu. (Ekonomi) mereka telah terpukul hebat tapi mereka paham ini perundingan ini hal yang benar untuk dilakukan dan saya memberikan rasa hormat untuk itu" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Namun, nyatanya pihak China membantah hal tersebut. "Saya belum mendengar kejadian terkait dua sambungan telepon yang disebut oleh pihak AS pada akhir pekan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dilansir dari CNBC International.
Pasar kini dipenuhi ketidakpastian apakah akan ada perundingan dagang antara kedua negara dalam waktu dekat, Satu hal yang pasti, emas selalu diuntungkan jika ada ketidakpastian.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Harga emas pada Selasa kemarin berhasil mencapai target penguatan ke US$ 1.544/troy ons. Setelahnya harga emas terkoreksi turun. Pada pukul 12:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.535,80/troy ons, berdasarkan data investing.com.
Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram kembali mendekati wilayah positif, memberikan gambaran emas mulai mendapat momentum penguatan kembali.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8, MA 21, tetapi di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Emas saat ini bergerak di dekat US$ 1.535/troy ons, yang menjadi support terdekat. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa emas turun ke area US$ 1.530/troy ons. Support (tahanan bawah) selanjutnya berada di level US$ 1.526/troy ons.
Di sisi lain, selama bertahan di atas US$ 1.535/troy ons, emas berpotensi kembali naik ke level US$ 1.539/troy ons. Penembusan di atas level tersebut akan membawa emas menguji kembali ke area US$ 1.544/troy ons.
Peluang ke area US$ 1.550/troy ons menjadi terbuka jika emas mampu menembus US$ 1.544/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Emas Dunia Bangkit & Rupiah KO, Emas Antam Bisa Naik Besok
Isu resesi di AS kembali muncul setelah imbal hasil (yield) obligasi atau Treasury AS kembali mengalami inversi.
Inversi terjadi antara yield Treasury Tenor 2 tahun dengan 10 tahun. Artinya, yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek.
Kondisi perekonomian global memang sedang melambat di tahun ini, penyebab utamanya adalah perang dagang antara AS dengan China. Kini perang dagang kedua negara kembali tereskalasi dan laju perekonomian berpotensi semakin melambat.
Kedua negara akan mengenakan tarif impor baru pada 1 September nanti. AS akan mengenakan tarif impor sebesar 15% tahap pertama untuk produk dari China dengan total nilai US$ 300 miliar. Sementara, China mengenakan tarif impor kisaran 5%-10% untuk produk dari AS dengan total nilai US% 75 miliar.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda akan ada penundaan berlakunya tarif impor tersebut. Sebelumnya di awal pekan Presiden AS, Donald Trump, mengatakan China menginginkan perundingan dimulai lagi dan kedua negara akan memulai pembicaraan dengan serius.
"China menghubungi para negosiator dagang kita tadi malam dan mengatakan "mari kembali berunding", jadi kita akan kembali bernegosiasi dan saya pikir mereka akan melakukan sesuatu. (Ekonomi) mereka telah terpukul hebat tapi mereka paham ini perundingan ini hal yang benar untuk dilakukan dan saya memberikan rasa hormat untuk itu" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Namun, nyatanya pihak China membantah hal tersebut. "Saya belum mendengar kejadian terkait dua sambungan telepon yang disebut oleh pihak AS pada akhir pekan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dilansir dari CNBC International.
Pasar kini dipenuhi ketidakpastian apakah akan ada perundingan dagang antara kedua negara dalam waktu dekat, Satu hal yang pasti, emas selalu diuntungkan jika ada ketidakpastian.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Harga emas pada Selasa kemarin berhasil mencapai target penguatan ke US$ 1.544/troy ons. Setelahnya harga emas terkoreksi turun. Pada pukul 12:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.535,80/troy ons, berdasarkan data investing.com.
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram kembali mendekati wilayah positif, memberikan gambaran emas mulai mendapat momentum penguatan kembali.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8, MA 21, tetapi di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Emas saat ini bergerak di dekat US$ 1.535/troy ons, yang menjadi support terdekat. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa emas turun ke area US$ 1.530/troy ons. Support (tahanan bawah) selanjutnya berada di level US$ 1.526/troy ons.
Di sisi lain, selama bertahan di atas US$ 1.535/troy ons, emas berpotensi kembali naik ke level US$ 1.539/troy ons. Penembusan di atas level tersebut akan membawa emas menguji kembali ke area US$ 1.544/troy ons.
Peluang ke area US$ 1.550/troy ons menjadi terbuka jika emas mampu menembus US$ 1.544/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Emas Dunia Bangkit & Rupiah KO, Emas Antam Bisa Naik Besok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular